Mohon tunggu...
Makruf Amari Lc MSi
Makruf Amari Lc MSi Mohon Tunggu... Guru - Pengasuh Sekolah Fiqih (SELFI) Yogyakarta

Alumni Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta, melanjutkan S1 di LIPIA Jakarta dan S2 di UII Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tarawih di Rumah, Sebelas atau Dua Puluh Tiga?

26 April 2020   07:13 Diperbarui: 26 April 2020   07:12 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Al-Baihaqi mengatakan, di awal sebelas rakaat kemudian duapuluh. "Dan memungkinkan al-Jam'u (menggabungkan) dua riwayat; sesungguhnya mereka --dahulu-- melaksanakannya sebelas, kemudian mereka laksanakan duapuluh dan tiga rakaat witir (Al-Baihaqi dalam Al-Kabir no 4289)

Ibnu Taimiyyah menyatakan semuanya baik, tergantung lama dan sebentarnya berdiri. "Dan yang benar bahwa itu semuanya bagus -- sebagaimana hal itu yang dinyatakan oleh imam Ahmad ra -- dan bahwasanya jumlah dalam qiyamu Ramadhan itu tidak dibatasi, karena Nabi saw tidak membatasi jumlahnya. Maka dengan demikian memperbanyak dan mempersedikit raka'at tergatung lama dan sebentarnya berdiri". (Majmu' Fatawa juz 23 hal 113)

Lajnah Daimah menyatakan sebelas raka'at lebih afdhal. "Shalat tarawih sebelas rakaat atau tiga belas rakaat dengan salam setiap dua rakaat dan witir satu rakaat itu lebih afdhal karena meneladani Nabi saw, dan barangsiapa yang shalat duapuluh atau lebih maka tidak mengapa berdasar hadits Nabi saw, "Shalat malam itu dua-dua, apabila diantara kalian khawatir subuh maka shalat satu rakaat sebagai witir dari shalat yang telah dikerjakan". Maka beliau tidak membatasi jumlah rakaat tertentu. Dan karena Umar dan para sahabat ra melaksanakan shalat di beberapa malam duapuluh rakaat selain witir dan mereka adalah orang yang paling faham dengan sunnah". (Lajnah Daimah lil Buhuts wal Fatwa no 6148)

Imam Asy-Syafi'i menyatakan, ini adalah perkara yang luwes. "Dan dalam hal ini tidak ada sedikitpun pengekangan dan batasan maksimal, karena ini adalah sunnah. Jika mereka perlama berdiri persedikit sujud maka itu bagus, dan itu lebih saya sukai. Jika mereka perbanyak ruku' dan sujud maka bagus". (Ibnul Atsir, Asy-Syafi juz 2 hal 266, dan Al-Marwazi, Mukhtashar Qiyamullail hal 222)

Kesimpulan

Dari pemaparan dalil-dalil dan perkataan para ulama di atas dengan perbedaan di antara mereka dapat disimpulkan bahwa:

1. Shalat Tarawih dengan sebelas rakaat dengan bacaan panjang, tidak ada pebedaan dikalangan ulama, karena Nabi saw melakukan itu.

2. Shalat Tarawih --di luar Ramadhan disebut shalat tahajjud atau shalat malam -- minimal dua rakaat, dan  tidak ada perbedaan dalam masalah ini. (Lihat Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyyah Al-Quwaitiyyah juz 14 hal 88)

3. Shalat tarawih duapuluh rakaat mayoritas ulama membolehkan, dan mengatakan ini adalah persoalan yang luwes dan fleksibel.

Catatan

Berapapun jumlah rakaat yang dikerjakan, tuma'ninah tidak boleh diabaikan, karena tanpa tuma'ninah dapat merusak shalat. Yang dimaksud dengan tuma'ninah adalah tenang, yaitu semua gerakan dikerjakan tanpa tergesa-gesa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun