Oleh : Ma'ruf Amari, Lc., M.Si.
Tahukah Anda, bahwa Nabi saw pernah berjalan untuk membukakan pintu bagi 'Aisyah, sementara beliau sedang melaksanakan shalat? Beliau tetap meneruskan shalat dan -----shalat beliau selalu khusyu'.
Mengapa seseorang mengintip? Mengintip biasanya dilakukan oleh orang yang penasaran terhadap suatu hal dan tidak ada ruang yang besar untuk melihatnya, Â akhirnya dia lihat dari lobang yang sempit. Seperti jama'ah haji atau umrah yang berada di kawasan Masjid Nabawi, saat mereka ke luar dari Raudhah akan melihat makam Nabi Saw tertutup rapat dan tidak ada lampu yang menerangi.
Untuk bisa mengetahui seperti apa makam Nabi saw, maka mereka mengintip dari lubang-lubang kecil pada dinding makam tersebut. Rasa penasaran, ingin tahu, menyebabkan banyak orang mengintip makam Nabi saw dari lubang-lubang kecil di dinding.
Sama seperti rasa penasaran dan ingin tahu, seperti apa sih shalatnya Nabi saw. Karena penasaran bagaimana shalat Nabi Saw --terutama kekhusyu'an Beliau-- maka kita akan mencoba mengintip.
Ada satu hal yang yang boleh jadi kita jarang mengetahuinya, atau mengetahuinya tetapi kurang utuh ---yaitu bagaimana kekhusyu'an Nabi Saw tatkala melaksanakan shalat. Kekurangtahuan tersebut terlihat semisal pada saat seseorang melaksanakan shalat dengan sangat cepat bahkan tergesa-gesa. Al-Fatihah dibaca senafas dua nafas, baru saja bangkit dari ruku' dan belum terlihat berdiri langsung sujud. Dahi baru saja menyentuh ke lantai --mungkin malah baru akan menyentuh-- sudah buru-buru diangkat dan seterusnya.
Oleh karenanya, dalam kesempatan, ini kita intip kekhusyu'an Nabi Saw dalam shalat, sehingga dengan itu dapat mengukur kekhusyu'an shalat kita.
Interaksi dengan Kondisi dan Lingkungan Sekitar Saat Shalat
Interaksi dengan situasi, kondisi dan lingkungan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, dan itu dicontohkan oleh Nabi saw. Kalau kita perhatikan --tanpa mengurangi kekhsyu'an-- Nabi Saw membedakan shalat di waktu malam, waktu shubuh waktu maghrib dan sebagainya. Di waktu malam umpamanya, Beliau saw melaksanakan shalat malam sampai menangis dan membaca bacaan yang panjang sekali, sampai-sampai hampir seluruh malam digunakan untuk shalat. Akan tetapi hal seperti itu tidak Beliau lakukan saat shalat duhur, asar ataupun maghrib. Saat shalat maghrib misalnya, bacaan beliau relatif pendek dan tidak menangis.
Pertanyaannya, apakah Nabi Saw pada saat shalat Maghrib tidak khusyu' karena tidak menangis dan bacaannya relatif pendek? Jawabannya, tentu saja Nabi saw selalu shalat dengan khusyu', apalagi untuk shalat maghrib yang hukumnya adalah wajib.
Begitu pula perhatian Nabi saw terhadap situasi, kondisi dan lingkungan saat melaksanakan shalat. Hal ini bisa kita lihat dari perbedaan pelaksanaan shalat, saat ada anak kecil dan saat tidak ada, berbeda antara saat jama'ahnya masih muda semua dan saat ada jama'ah yang sudah tua, dan lain sebagainya. Ini menandakan, Nabi tidak selalu shalat dengan situasi dan kondisi yang sama, dan Nabi saw sangat memperhatikan lingkungan saat melaksanakan shalat.