Berikut kita lihat kekhusyu'an shalat Nabi Saw yang tetap berinteraksi dengan lingkungan.
- Saat Melaksanakan Shalat MalamÂ
Suatu ketika, Nabi Saw shalat malam Nabi bersama para sahabat pada bulan Ramadhan dengan begitu lama. Dalam hadits shahih, Abu Dzar ra menceritakan pada saat Ramadhan tersisa tujuh malam --berarti di malam ke 23-- "Nabi saw shalat bersama kami sampai separuh malam, pada malam ke 25 sampai sepertiga malam", bahkan pada malam ke 27 para sahabat mengatakan, kami khawatir "al-falah" (waktu sahur) akan habis.
Dalam kisah lain dalam hadits shahih Aisyah ra memberikan gambaran tentang shalat malam Nabi Saw pada bulan Ramadhan. Aisyah ra mengatakan, "Jangan tanyakan bagus dan panjangnya". Apa yang dibaca Nabi pada saat shalat malam? Dalam hadits shahih, Hudzaifah menceritakan bahwa Nabi Saw shalat membaca Al-Baqarah, An-Nisa' dan Ali Imran, dalam dua rakaat.
Sangat panjang shalat malam Nabi saw. Al-Baqarah, An-Nisa' dan Ali Imran adalah tiga surat terpanjang dalam Al-Qur'an dan beliau selesaikan bacaan dalam raka'at pertama maupun raka'at kedua.
Nabi Saw pun pernah shalat malam dan menangis sejadi-jadinya. Dalam shahih Ibnu Hibban, Aisyah ra menceritakan, bahwa Nabi shalat malam dan menangis sampai membasahi pangkuannya (tentunya pada saat duduk) dan terus menangis sampai membasahi jenggotnya dan terus menangis sampai membasahi tanah.
Kisah-kisah di atas menunjukkan, bahwa aktivitas shalat yang sangat panjang, menangis yang sangat hebat, itu terkait dengan waktu malam dan di saat shalat malam. Hal ini tidak Beliau lakukan misalnya saat shalat duhur atau asar, dengan bacaan yang sangat panjang dan tangis yang sangat hebat. Ini menunjukkan adanya perbedaan perlakukan beliau ---dalam hal waktu shalat, apakah siang atau tengah malam, dan apakah sendirian atau berjama'ah.
- Mendengar Tangis Bayi Dalam Shalat
Sebuah riwayat menyatakan, Nabi saw memperpendek bacaan tatkala mendengar tangisan anak kecil. Nabi Saw mengatakan, "Saya melaksanakan shalat, saya ingin memperlama shalatku. Lalu aku mendengar tangisan bayi, sehingga aku meringankan (bacaan shalat) karena kesedihan yang sangat dari ibunya". (HR. Muslim).
Hal ini menunjukkan, bahwa Nabi saw "mendengar", yaitu mendengar tangisan bayi, saat Beliau shalat. Jadi, apakah saat shalat kita harus menutup pendengaran rapat-rapat sampai tidak mendengar suara apapun agar khusyu'? Ternyata Nabi saw pun tetap mendengar suara, dan beliau mempercepat shalat karena mengetahui bahwa suara itu adalah suara tangisan bayi.
Artinya, pendengaran Nabi saw saat shalat tetap detail, Beliau saw mengerti bahwa itu adalah suara tangis bayi. Bukan sekedar 'mendengar suara'.
- Bersama Bayi dan Anak-anak Saat Shalat
Nabi Saw pernah menggendong Umamah saat shalat. Abu Qatadah Al-Anshari mengatakan: saya melihat  Nabi saw mengimami para sahabat dan Umamah binti Abi Al-Ash ----anak Zaenab puteri Nabi saw--- di atas bahunya. Maka apabila ruku' beliau meletakkannya dan apabila bangkit dari sujud beliau menggendongnya. (HR. Muslim)
Tatkala Nabi saw shalat Zhuhur atau Ashar, beliau sujud sangat lama sekali sehingga menjadikan sang perawi -- Syaddad -- mengangkat kepala. Ternyata dia meliahat anak kecil -- Hasan atau Husain -- sedang menaiki punggung Nabi saw, setelah itu kembali sujud. Setelah selesai menunaikan shalat para shahabat menanyakan sebab sujud yang panjang tadi. Nabi saw mengatakan: