Pada masa kepemimpinannya inilah, Ia berhasil membawa PMII IAIN Ponorogo menjadi leading sektor dalam pergerakan mahasiswa Ponorogo.Â
Ia berhasil membangun aliansi mahasiswa yang cukup besar di Ponorogo, hingga pada waktu penolakan RUU KUHP berhasil menggerakkan massa hingga 2000-an massa aksi untuk turun kejalan melakukan aksi penolakan RUU tersebut.
Selain itu, Candra juga ikut berpartisipasi dalam mendampingi masyarakat Ponorogo yang menggantungkan hidup dari tambang gamping tradisional yang tidak mendapat dukungan dari pemerintah Daerah Ponorogo.Â
Hal ini karena pihak Pemda justru bermaksud mengambil alih tambang tradisional tersebut dan tidak melibatkan pihak masyarakat pada tahun 2017. Â
Pada kepengurusan PMII Cabang Ponorogo saat kepemimpinan Agus Mujiranto saat ini, Candra aktif sebagai pengurus di Bidang Hubungan Pemerintahan dan Kebijakan Publik.Â
Ia berhasil menunjukkan progres bagi PMII Ponorogo dengan menjalin komunikasi baik dengan elemen pemerintahan sehingga PMII Ponorogo bisa melakukan pendampingan dan advokasi sampah yang ada di Ponorogo.
Selain aktif dalam dunia gerakan, Candra juga tidak melupakan kaderisasi-kaderisasi di PMII. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pelatihan dan pendampingan bagi pendidikan kader PMII di IAIN Ponorogo.Â
Pendampingan kader tidak hanya sebatas asupan kognitif dan ilmu pengetahuan secara umum bagi kader PMII, tetapi juga support terhadap kader PMII yang memiliki keterbatasan ekonomi agar mendapatkan beasiswa dari pihak kampus.
Karena tidak dapat dipungkiri, kader PMII mayoritas berasal dari kalangan keluarga yang tidak mampu. Hal ini membuktikan kepeduliannya terhadap kader secara menyeluruh hingga pada aspek pendidikan dan kehidupan kader.
Sosok Muhammad Dwi Candra Saputra menjadi refleksi bagi kader-kader muda PMII, meskipun masih berada di usia muda tidak ada halangan dan alasan untuk tidak menjadi progresif dan produktif di PMII.
Penulis: Muhammad Ma'ruf