Mohon tunggu...
Midun Saragi
Midun Saragi Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Hidup harus berekspresi, menulis dan berpikir.

Hhhhhhjj hidup di dunia ini tak ada yang bisa membuka

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teka-teki yang Tidak Ada Jalan, Bung Marudut Parsaoran

2 November 2020   00:44 Diperbarui: 2 November 2020   00:47 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Setelah di pertigaan jalan, kamu belok kiri, berjalan lah lurus kedepan, kira-kira dua ratus meter, di depan mata,  kamu akan melihat kolam yang dipenuhi berbagai macam ikan- ikan dan teratai nan indah, kemudian berjalanlah dua puluh langkah kedepan, nanti disana kamu akan melihat rumah tua yang dipenuhi dengan tanaman bunga tulip, kemudian kamu belok kanan dan bejalanlah lurus sejauh lima puluh meter, didepan mata,  kamu akan menemukan kawanan domba dan hamparan sawah, disanalah akhir tujuan perjalanan mu. Namun kamu kok malah tersesat ya?"

Kutipan yang Saya Ambil dari Mahakarya tulisan saudara Marudut Parsaoran Anakampun. 

Menyiratkan tentang perintah kepemimpinan, sebuah perintah penting seorang pemimpin kepada bawahannya, namun dibalut dengan kata filsafat yang amat kental.

Bung udut sebagai nama sapaan akrab, nama panggilan yang biasa disebut. Banyak artikel tulisan yang sangat menarik.

Yuk kita bedah kutipan ini, dan kita bedah perlahan-lahan.

Kutipan yang memberikan arahan dan komandan kepada seseorang, agar menjalankan tugas sesuai dengan arahan yang sudah diberikan.

Namun aksi yang dilakukan tidak sesuai dengan arahan. Pada akhirnya komandan yang diberikan tidak sejalan, malah terperangkap dalam komando lainnya yang dianggap benar.

Semua komandan bersumber dari atasan tidak serta-merta dapat dijalankan oleh bawahnya dengan baik. 

Makna yang sangat menarik, selalu terjadi pada kehidupan sehari-hari.

Bung Marudut Parsaoran mengulas kutipan ini penuh dengan wawasan dan pemikiran yang begitu matang. 

Makan sangat filosofi tetapi tersentuh dalam pikiran umum kita. Hidup ini adalah komandan. Tuhan saja memberikan komando pada ciptaan. 

Demikian halnya pada manusia, bahwa manusia itu hidup dengan adanya komandan. 

Manusia ditata dengan komandan dari segala unsur, namun komandan yang diberikan belum tentu sejalan dan sependapat.

Mahakarya yang beliau sampaikan menjadi bagian dari dalam kehidupan kita sehari-hari.

Terus berkarya bung. Karya akan dikenang Kelak. Terpatri hingga Dunia ini akan sirnah, namun ukiran tulisan akan abadi selamanya.

Karya mu akan membangun bangsa, jangan jemu untuk berbagai. Tulisan akan membangun bangsa. Tentunya Bangsa akan mempertahankan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun