Sulit rasanya menorehkan tulisan ini, serasa berat jemari ini mengungkapkan rintihan jiwa.Â
Menuliskan senyum indah raut wajah mu ibu. Cinta tulusmu tak dapat digambarkan. Bahkan pikiran tak mampu membayangkan cinta tulusmu.Â
Kisah cinta seorang ibu. Melahirkan anak kedunia. Merelakan raga untuk diecap. Dirobek bahkan di hisap. Dikuras habis seluruh tenaga mu. Sakit teramat sakit. Untuk sibuah hati.
Ucapan apa yang harus dipersembahkan mengobati rasa sakitmu. Kamu lahirkan -Ku ke dunia, ditimang dan dibesarkan.
Rasanya air mata yang keluar tidak cukup mengobati sakitnya sobekan itu. Â Kata-kata yang terungkap tidak cukup untuk membalas rintihan itu.
Nyawa sebagai taruhan melahirkan anak kedunia. Nafas di ujung kematian pun dikau tak merasa gentar.
Lalu dengan cara apa akan membalas cinta kasih mu.Â
Waktu ini hanya sebatas pengingat, tidak cukup untuk membalas rasa sakitmu.
Harta dunia apa yang patut dipersembahkan untuk mu ibu. ? Tentu tidak akan pernah ada.
Selamat hari Ibu, jasamu sungguh tak terhingga. Untuk selamanya.
Salak. 22/12/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H