Apakah masih ada keadilan di dalam kehidupan ini, apakah kebenaran dari Hidup bagai roda pedati masih relevan dengan kenyataan hidup saat ini. Keturunan raja-raja akan selalu menjadi raja, meskipun dia kelak tidak akan menjadi seorang Raja. Seorang Raja yang jatuh terpuruk dalam kehidupan tetaplah menjadi sang raja. Â
Keterpurukan yang raja alami,  tidaklah mengakibatkan raja-raja menjadi miskin, namun raja- raja masih dapat menikmati kenikmatan duniawi, layaknya seorang raja. Kehidupan sang raja itu sepertinya turun temurun hingga cucu buyut, diwariskan dari kakek ke Ayah, Ayah ke anak, anak ke cucu, cucu ke cicit, hingga akhir dari takdir.Â
Raja raja yang dijerat hukum, divonis atas perlakuan menyimpang, toh hidupnya tertap menjadi raja. Raja-raja terjerat kasus narkoba dan prostitusi, tidak menjadi terperangkap pada kehidupan miskin, toh kehidupannya kekal layaknya seorang raja raja. Raja raja tersudutkan dengan kasus KKN, tidak memudarkan kalau raja raja itu terlahir menjadi seorang raja.Â
Himpitan apapun yang dialami sang raja-raja maka kadar kehidupan tetaplah menjadi sang raja. Raja raja itu tidur diatas kasur yang empuk, makanan bernutrisi tinggi, berpakaian perhiasan emas berlian, punya fasilitas yang fantastis, bebas mencicipi kenikmatan duniawi tanpa batas. Kekayaan itu mutlak milik sendiri oleh raja raja.
Rakyat miskin tetaplah menjadi rakyat miskin, rakyat miskin hidup penuh kekurangan, kehidupan jauh dari nilai nilai kemanusiaan, rakyat miskin mengharapkan sesuap nasi oleh si pemberi raja-raja, tidur beralaskan kardus bekas hasil proses produksi sang raja, kehidupan rakyat miskin beratapkan tembok tembok dinding kolom jembatan yang dibangun dan dirancang oleh para raja raja.Â
Sampah sampah bekas dari raja raja menjadi santapan  terakhir rakyat miskin. Bantuan finansial dan raskin pemberian raja-raja tersunat oleh keinginan raja raja. Pada akhirnya sepertiga yang sampai ke tangan rakyat miskin. Rakyat miskin menjadi korban kekejaman duniawi, merelakan organ tubuh tergadaikan untuk kelangsungan hidup.
Ada keinginan sang raja raja merubah nasib rakyat miskin, mendonasikan sebagian harta kekayaan hasil dari kekayaan dunia yang terkuras. Dengan demikian secara perlahan lahan suratan takdir rakyat miskin dapat diubah. Celakanya diperhadapkan pada sebuah pilihan antara Rakyat miskin diangkat menjadi seorang raja dan keturunan raja raja diangkat menjadi seorang raja maka pilihan itu tetap berpihak pada keturunan raja-raja.
Kehidupan rakyat miskin tetaplah menjadi miskin. Kutukan itu sudah melekat hingga mendarah daging pada rakyat miskin, pasrah dan berserah kepada Allah mungkin itu yang menjadi kata terakhir, untuk menerima kenyataan. Mimpi yang tak berujung.
Siapa suruh terlahir menjadi seorang rakyat miskin. Kata raja raja.
Sabtu, 09/03/2018
Marudut Parsaoran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H