Mohon tunggu...
Oktoviktor Limbong
Oktoviktor Limbong Mohon Tunggu... -

Pengelana.. Pembelajar... Bekerja Dengan Cinta dan Sedikit Keras Kepala

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Nasib Bangsa Nanti jika Dunia Pendidikan seperti Ini?

18 Februari 2014   00:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:44 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setidaknya ada tiga hal yang mengusik saya hari ini, sehubungan dengan pekerjaan saya sebagai salah pengasuh mata kuliah Geologi Fisik pada sebuah sekolah tinggi swasta di Balikpapan.

Yang pertama, semalam saya di telpon oleh seorang ayah yang jauh di papua sana, ditelponnya malam-malam, yang intinya minta nilai anaknya "diperhatikan" karena menurut anaknya, yang katanya berjuang sendiri di kalimantan ini, nilainya agak mengkuatirkan.

Yang keuda, siang ini saya ditelpon oleh seorang mahasiswa saya, yang intinya meminta waktu untuk konsultasi, saya kejar konsultasi soal apa? soal nilai katanya. Bagaimana mau konsultasi soal nilai saat final test sudah selesai? dia jawab "mau merobah nilai dengan cara lain". Ups.. saya bingung, pertama sudah selesai proses perkuliahan dan ujian final test, dengan cara apa lagi merubahnya? berikutnya, nilai juga belum ada yang saya keluarkan (masih sementara pemeriksaan) kenapa harus dirubah? emang kamu sudah tahu bahwa nilaimu jelek? emang sudah persiapan ya bahwa kau tak perlu belajar, karena toh nanti kau bisa merobah nilai?

Dan yang makin membuat saya galau, adalah saat memeriksa lembar jawaban mereka, saya merasa gagal, saya bahkan memeriksa beberapa catatan kuliah yang kami bahas sebelumnya. Kenapa karena kesalahan mereka seragam, malah persis sama titik komanya. Saya sempat berpikir, jangan-jangan saya salah ketika mengajar mereka. Kalau jawabannya benar dan kalimatnya sama, mungkin masih bisa dimaklumi, mungkin mereka adalah mahasiswa-mahasiswa yang menghafal kalimat yang ada pada hand out, tapi ini salah.. jauh dari jawaban yang benar, tetapi kalimatnya seragam dan beberapa poin soal kesalahan jawabannya sama hampir seisi ruangan (sekitar 90-an %).

Untuk hal pertama, bagi orang tua, kenapa justru membantu anaknya untuk cara yang tidak semestinya? kalau anakmu berjuang sendiri di kota ini dan ingin berhasil, kenapa justru nelponnya ke dosennya saat sudah selesai ujian? Kenapa tidak mewanti-wanti anaknya untuk betul-betul belajar? Tidakka pendidikan ini selain untuk menambah ilmu juga untuk membentuk karakter anakmu? kalau saya ikuti keinginanmu agar nilai anakmu dianaikkan, pendidikan seperti apa yang diperoleh anakmu?. Saya prihatin karena anakmu adalah generasi pelanjut bangsa ini bapak.. kalau anakmu nelpon lagi dan kuatir akan nilainya, ingatkan dia untuk mempersiapkan diri baik-baik, ingatkan dia kalau dia kemudian tidak lulus dalam satu mata kuliah untuk instropeksi diri, jangan kemudian bapak menjadi "pahlawan" menelpon dosennya minta dinaikkan nilainya. Dan maaf (seharusnya saya tidak minta maaf), saya akan memberikan nilai anakmu sesuai dengan hasil kerjaannya. Karena bila saya ikuti maumu bapak, maka saat itu saya menanamkan dalam diri anakmu yang sedang sekolah bahwa "semua bisa diatur".. bahwa anakmu tidak perlu belajar, cukup andalkan ayahnya yang menyayanginya, dan anakmu kelak menjadi laki-laki yang tidak pernah menjadi dewasa walau umurnya bertambah, lebih parah lagi kalau dia menjadi pejabat publik maka dia akan menjadi "tuan bisa diatur"

Dan hai kau anak muda.. kau bisa jadi professor baru, yang tahu cara lain merubah nilai saat sudah selesai ujian. Namun kalau caramu mau merobah nilaimu dengan membayar, kau sudah ketinggalan sekali anak muda.. seniormu dulu sudah mencoba melakukannya padaku, justru saat saya masih naik angkot ke kampus, saat penghasilanku masih 1/3 dibawah UMR waktu itu, dan dia terbukti gagal.. gagal total, karena tidak akan sanggup mebeli idealisme dan harga diri saya, meski saya miskin harta. Dan celakalah kau hai anak muda, kalau cara lamamu itu kau praktekkan pada dosen lain dan kau berhasil merubah nilaimu. Kau akan tumbuh menjadi anak muda yang sedang sangat giat belajar untuk menjadi bodoh, belajar menjadi krouptor.. kau sungguh-sungguh tersesat anak muda.. semoga kau kembali ke jalan yang benar.

Dan terakhir, untuk anak-anak muda yang saling menyontek dalam ujian.. aku tak bisa berkata-kata lebih panjang, nyontek sepertinya sudah mendarah daging dalam dunia pendidikan kita, dan cenderung menjadi tradisi. Satu yang saya pesankan dan selalu saya sampaikan di depan kelasmu anak muda.. "bangsa kita tidak kekurangan orang-orang pintar, tetapi sangat sedikit yang berintegritas, yang jujur, yang berani berbeda, jadilah kau menjadi bagian dari yang sedikit itu, memiliki integritas dan dimulai dengan tidak nyontek"

Pertanyaan besar saya kini.. Mau jadi apa bangsa kita kelak, kalau hari ini saja sudah susah menemukan pemimpin yang berintegritas, namun generasi mudanya saat ini juga sedang belajar untuk tidak berintegritas? untuk curang, untuk korupsi..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun