Keadaan udara terlihat bersih selama hampir dua tahun ini, saat virus COVID-19 merebak di seluruh dunia, jumlah penerbangan jauh lebih berkurang, jalan-jalan tidak seramai seperti sebelumnya, dan pabrik-pabrik berproduksi sekedarnya.Â
Cerobong pabrik tidak menghadirkan awan hitam di langit, berkurangnya asap kendaraan bermotor karena banyak yang memilih untuk tinggal dirumah serta pemakaian avtur berkurang drastis karena pesawat terbang hanya terparkir di hangar bandara.
 Kebanyakan kita menuding bahwa sektor inilah yang menjadi salah satu sumber utama dari  peningkatan emisi karbon selama beberapa dasawarsa belakangan ini. Bisa saja hal ini benar, namun apakah emisi karbon telah jauh lebih berkurang saat ini.Â
Disisi lain pemakaian teknologi digital seakan mengambil alih hampir sebagian besar kegiatan manusia di abad 21 ini. Meningkatnya pemakaian smartphone dan perangkat teknologi digital lainnya sangat berdampak terhadap peningkatan emisi karbon akhir-akhir ini, dan menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perubahan iklim dunia di masa mendatang.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kita saat ini terhubung erat dengan aktivitas online melalui perangkat teknologi digital, seperti telepon pintar (smartphone), komputer jinjing (laptop) dan perangkat lainnya.Â
Saat bangun pagi yang pertama kali yang biasa banyak orang lakukan adalah melihat pesan apa yang masuk di smartphone, setelah sarapan lalu membuka laptop untuk membuat apa rencana yang akan dilakukannya sepanjang hari.Â
Sepertinya penyematan kata pekerja kantoran bagi orang yang bekerja di kantor tidak tepat lagi digunakan saat ini, sebab kebanyakan mereka bekerja dari rumah bukan dari kantornya, siswa sekolah atau mahasiswa mendengar guru atau dosen mengajar secara daring, pengemudi ojek online menunggu orderan dari smartphonenya, di saat seseorang berpergian dan memasuki pusat perbelanjaan diminta untuk membuka aplikasi di smartphonenya, untuk memperlihatkan sertifikat vaksin yang dimilikinya serta berbagai kegiatan yang mengandalkan perangkat teknologi digital tersebut.
Sebagian besar dari kita berpikir bahwa membaca sebuah artikel melalui smartphone, notebook atau laptop dari sudut pandang lingkungan hidup lebih baik dibanding jika kita membaca buku berbahan kertas hasil dari suatu penebangan pohon.
Kita cenderung berpikir aktivitas di dunia maya (virtual online), seperti membeli dan menyimpan artikel di layanan cloud akan lebih sedikit menghasilkan emisi karbon daripada kita membeli buku.Â
Tanpa disadari bahwa seluruh aktivitas yang kita lakukan dengan menggunakan fasilitas internet  akan meninggalkan jejak karbon (carbon footprint), misalnya saat kita mengirim email, menginstal aplikasi, mengunduh dokumen, dan kegiatan online lainnya.Â