Mohon tunggu...
Martua Intan
Martua Intan Mohon Tunggu... Konsultan - Pemerhati Lingkungan Hidup

Dilahirkan di Pontianak. Pernah tinggal di Australia hampir 9 (sembilan) tahun. tertarik dengan lingkungan hidup, khususnya tentang pelestarian sumber air dan peduli dengan dampak penambangan di tanah borneo.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bijak Menggunakan Smartphone dan Laptop, Guna Mendukung Net Zero Emissions

23 Oktober 2021   20:14 Diperbarui: 23 Oktober 2021   20:44 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo : Shutterstock.com 

Keadaan udara terlihat bersih selama hampir dua tahun ini, saat virus COVID-19 merebak di seluruh dunia, jumlah penerbangan jauh lebih berkurang, jalan-jalan tidak seramai seperti sebelumnya, dan pabrik-pabrik berproduksi sekedarnya. 

Cerobong pabrik tidak menghadirkan awan hitam di langit, berkurangnya asap kendaraan bermotor karena banyak yang memilih untuk tinggal dirumah serta pemakaian avtur berkurang drastis karena pesawat terbang hanya terparkir di hangar bandara.

 Kebanyakan kita menuding bahwa sektor inilah yang menjadi salah satu sumber utama dari  peningkatan emisi karbon selama beberapa dasawarsa belakangan ini. Bisa saja hal ini benar, namun apakah emisi karbon telah jauh lebih berkurang saat ini. 

Disisi lain pemakaian teknologi digital seakan mengambil alih hampir sebagian besar kegiatan manusia di abad 21 ini. Meningkatnya pemakaian smartphone dan perangkat teknologi digital lainnya sangat berdampak terhadap peningkatan emisi karbon akhir-akhir ini, dan menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perubahan iklim dunia di masa mendatang.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita saat ini terhubung erat dengan aktivitas online melalui perangkat teknologi digital, seperti telepon pintar (smartphone), komputer jinjing (laptop) dan perangkat lainnya. 

Saat bangun pagi yang pertama kali yang biasa banyak orang lakukan adalah melihat pesan apa yang masuk di smartphone, setelah sarapan lalu membuka laptop untuk membuat apa rencana yang akan dilakukannya sepanjang hari. 

Sepertinya penyematan kata pekerja kantoran bagi orang yang bekerja di kantor tidak tepat lagi digunakan saat ini, sebab kebanyakan mereka bekerja dari rumah bukan dari kantornya, siswa sekolah atau mahasiswa mendengar guru atau dosen mengajar secara daring, pengemudi ojek online menunggu orderan dari smartphonenya, di saat seseorang berpergian dan memasuki pusat perbelanjaan diminta untuk membuka aplikasi di smartphonenya, untuk memperlihatkan sertifikat vaksin yang dimilikinya serta berbagai kegiatan yang mengandalkan perangkat teknologi digital tersebut.

Sebagian besar dari kita berpikir bahwa membaca sebuah artikel melalui smartphone, notebook atau laptop dari sudut pandang lingkungan hidup lebih baik dibanding jika kita membaca buku berbahan kertas hasil dari suatu penebangan pohon.

Kita cenderung berpikir aktivitas di dunia maya (virtual online), seperti membeli dan menyimpan artikel di layanan cloud akan lebih sedikit menghasilkan emisi karbon daripada kita membeli buku. 

Tanpa disadari bahwa seluruh aktivitas yang kita lakukan dengan menggunakan fasilitas internet  akan meninggalkan jejak karbon (carbon footprint), misalnya saat kita mengirim email, menginstal aplikasi, mengunduh dokumen, dan kegiatan online lainnya. 

Selama ini kita sering berpikir  bahwa mengirim email lebih baik daripada mengirimkan surat, atau membuka file pdf yang sudah kita unduh lebih baik dari mencetaknya dalam bentuk kertas, karena tidak akan meninggalkan jejak karbon. 

Penggunaan internet dengan email dan layanan berbasis cloud memang akan mengurangi pemakaian kertas, tinta dan sumber-sumber alam lainnya, namun demikian emisi karbon yang dihasilkan untuk menghidupkan dan mendinginkan komputer, pemakaian smartphone sepanjang hari, dan kebutuhan pusat data yang memerlukan sumber energi semakin besar seiring dengan meningkatnya pemakaian teknologi digital saat ini. 

Bahkan ditemukan bahwa  sumber energi yang digunakan dalam konsumsi digital secara kolektif menghasilkan jumlah emisi karbon yang setara dengan seluruh industri maskapai penerbangan saat ini.

Berdasarkan data internetworldstats, pemakai internet di Indonesia mencapai 212 juta jiwa pada Maret 2021, dan untuk pengguna telepon pintar (smartphone) sebanyak 160 juta jiwa lebih atau 59% dari populasi penduduk Indonesia. 

Dan untuk menggunakan perangkat teknologi seperti personal komputer, notebook, laptop, smartphone, dan perangkat lainnya memerlukan sumber energi listrik yang saat ini masih bergantung kepada batubara, minyak bumi, dan gas alam dan masih sedikit menggunakan dari sumber energi terbarukan (renewable energy). 

Dengan semakin meningkatnya aktivitas online tersebut menyebabkan peningkatan emisi karbon yang akan berpengaruh terhadap perubahan iklim secara global. 

Dari satu email yang kita kirim diperkirakan jejak karbon (carbon footprint) yang dihasilkan sebesar 4 gram CO2. Sementara ketika kita membuka sebuah website rata-rata akan menghasilkan 1,76 gram CO2 untuk tiap lembar halaman yang dilihat. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa rata-rata tiap orang di dunia saat ini menyumbang 4 ton CO2 per tahun dalam aktivitas kehidupan sehari-harinya.

Beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam mengurangi jejak karbon dari penggunaan smartphone, laptop atau perangkat digital lainnya. Pertama adalah dimana usahakan untuk mengisi baterai smartphone dan laptop sebanyak 2-3 kali sehari, dan apabila tidak memakai laptop atau personal komputer lebih dari dua jam, disarankan untuk mematikan komputer tersebut  dan jangan membiarkannya tetap menyala atau komputer dalam keadaan "sleep mode" karena arus listrik sebenarnya tetap berjalan. 

Hal kedua adalah ketika kita mengirim email sebaiknya tidak mengirim lampiran (attachment) bila dirasa tidak perlu, karena untuk pengiriman lampiran di satu email rata-rata menghasilkan 50 gram CO2. 

Hal lain yang bisa dilakukan adalah lebih baik kita mengunduh (download) streaming musik atau video terlebih dahulu, karena dengan melakukan streaming musik atau video dengan objek yang berulang-ulang akan lebih banyak meninggalkan jejak karbon. 

Atau dengan mematikan kamera di smartphone atau laptop saat berbicara secara (online chats), karena akan menghemat pemakaian baterai pada perangkat digital yang kita gunakan. 

Langkah berikutnya adalah untuk mencari informasi yang cepat dan tidak berhubungan dengan pekerjaan secara online, disarankan untuk menggunakan smartphone atau tablet daripada mengoperasikan laptop atau desktop, karena kapasitas pemakaian listriknya lebih kecil.

Ketergantungan kita akan perangkat digital dewasa ini sangat besar sekali, namun tanpa kontribusi kita di dalam penggunaan smartphone, laptop atau perangkat digital lainnya secara efesien dan efektif maka tujuan dari nol emisi bersih (net zero emissions) di tahun 2060 akan sulit tercapai.

Indonesia sebagai negara dengan jumlah pemakai perangkat teknologi digital yang terbilang besar, maka setiap individu sesungguhnya memiliki sumbangsih dalam usaha memitigasi fenomena perubahan iklim (climate change) yaitu mengurangi emisi karbon sebesar 29 persen pada tahun 2030 sesuai dengan amanat UU No 16 Tahun 2016. 

Selain itu dengan menggunakan perangkat teknologi digital secara bijak dapat menyelamatkan bumi dari peningkatan emisi karbon, juga akan menghemat penggunaan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable energy) yang masih menjadi andalan sumber energi utama di negara kita sampai sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun