Mohon tunggu...
Martony Calvein Kakomole Kuada
Martony Calvein Kakomole Kuada Mohon Tunggu... Perawat - Motivissioner

Martony Calvein Kakomole Kuada Founder: Perawat Peduli Indonesia "Aku Bangga Jadi Perawat" Owner Copita Coffeeshop Owner: Copita CoffeeShop "The Legendary Coffee Taste"

Selanjutnya

Tutup

Bola

Yassien Bounou, Reinkarnasi Lev Yashin di Piala Dunia FIFA Qatar 2022

13 Desember 2022   00:55 Diperbarui: 13 Desember 2022   01:01 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak sejarah baru yang terjadi di piala dunia qatar tahun 2022 ini. Selain kemenangan-kemenangan spektakuler tim-tim dari negara-negara Asia dan Afrika atas negara-negara Eropa maupun Amerika Latin, ada pula pemain-pemain yang menjadi legenda baru di piala dunia. Kalau sebelumnya ada Guillermo Ochoa yang terkenal sebagai penjaga gawang spesialis piala dunia, maka saat ini ada nama Dominik Livakovic dan Yassien Bounou yang menjadi penjaga gawang sepsialis penghalau adu pinalti.

Yassien Bounou atau yang lebih dikenal dengan mana Bono merupakan penjaga gawang asal Maroko yang selama ini kurang populer terdengar di telinga kita. Bagaimana tidak, penjaga gawang berusia 31 tahun ini bermain bukan di klub raksasa sebagaimana penjaga gawang Brazil, Belgia ataupun Portugal. Bahkan, selama ini Bono hanya menghasi bangku cadangan di klubnya bahkan lebih sering di pinjamkan ke klub lain karena tak mampu bersaing sebagai penjaga gawang utama.

Pria yang lahir di Canada ini menjadi fenomena baru, seolah sebagai reinkarnasi dari Lev Yashin. Gawangnya yang belum sekali pun di bobol oleh pemain lawan, bahkan ketika adu pinalti dengan Jepang Bono berhasil melakukan penyelamatan atas 3 tendangan pinalti yang di lesatkan pemain Spanyol ke arah gawangnya. Tak berlebihan rasanya jika penulis menganggap dirinya sebagai titisan sang legenda sepakbola dunia, Lev Yashin, atau mungkin bisa di posisikan sama dengan kehebatan penjaga gawang dimasa lalu tersebut.

Apalagi, nama mereka memiliki kesamaan, yaitu Yasin. Hanya saja ada sedikit perbedaan di dalam penulisan, namun kalau di dialegkan dalam bahasa Indonesia sama-sama terucap Yasin, Lev Yashin dan Yassien Bounou. Itu lah kenapa penulis lebih suka menyebut penjaga gawang asal Maroko ini sebagai Yassien bukan Bono. 

Yassien yang sepanjang gelaran piala dunia FIF Qatar 2022 ini hanya kemasukan sekali akibat gol bunuh dini rekan satu timnya ini, bahkan mampu menahan tendangan salah seorang legenda dunia, Cristiano Ronaldo. Pria yang biasa digelari CR7 ini, dengan timnya dari negara Portugal menggempur habis-habisan gawang Yassien di babak kedua, namun lesatan demi lesatan bola ke arah gawang tak mampu melewati Yassien untuk masuk ke gawang.

Di pertandingan sebalumnya, bahkan tim matador Spanyol hanya mampu bertahan hingga perpanjangan waktu 2x15 menit. Tendangan penalti setelahnya membuat La Furia Roja hasil angkat koper terlebih dahulu untuk kembali ke negaranya.

Pada fase grup, Maroko berhasil memuncaki klasemen dengan poin 7 setelah ditahan imbang oleh Kroasia 0-0, bertemu Belgia dengan kemenangan 2-0 serta menang lagi di laga terakhir penyisihan grup saat melawan Canada dengan skor 2-1.

Yassien telah membawa timnya mencacatkan sejarah sebagai negara Islam dan negara perwakilan Afrika pertama yang berhasil melaju hingga ke babak semifinal. Sebelumnya, negara-negara Afrika hanya mampu mencapai puncak tertinggi di 8 besar dimasa kejayaan timnas Kamerun, Nigeria dan Ghana.

Dengan capaian ini, layakkah Yassien Bounou dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik dunia berikutnya sehingga dia bisa mengangkat tropi kehormatan bagi seorang penjaga gawang bernama Lev Yashin tropy? Sebuah tropy yang diberikan bersamaan dengan penganugerahan pemain terbaik dunia yang kita kenal dengan sebutan Ballon D'Or.

Penghargaan untuk penjaga gawang ini disematkan nama seorang penjaga gawang asal Uni Soviet bernama lengkap Lev Ivanovich Yashin. Pris yang lahir pada 22 oktober 1929 ini telah memenangi begitu banyak tropi di sepanjang karirnya di sepakbola. Dibawah mistar gawang dia telah menghiasi 2 kali piala dunia dan olimpiade. Ketangguhannya menjaga mistar gawang dengan berbagai hal baru yang ia tampilkan, menjadikan sepakbola dunia dimasanya mengalami banyak kemajuan. Kecepatan, kelenturan tubuh, ketepatan mengambil keputusan menjadi nilai lebih untuk penjaga gawang menjadi inspiradi penjaga gawang-penjaga gawang setelahnya. Dengan tinggi badan 189 cm, penjaga gawang Dunamo Moskwa ini menjadikannya ideal berada di mistar gawang.

Hanya saja hal yang membedakan keduanya adalah pencapaian prestasi baik di klub maupun di timnas. Tak bisa di pungkiri, berbeda masa maka berbeda pula kemasannya. Namun, capaian Yassin Bonou alias Bono ini sangat layak di anugerhai penjaga gawang terbaik minimal di Piala Dunia Qatar 2022 ini.

Wallahu'alam

Martoni Calvein

Pengamat Amatir Sepakbola Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun