Bersama beberapa orang teman kami merintis bisnis berupa sebuah foodcourt. Bisnis foodcourt ini terletak di kota Medan, Sumatera Utara.
Kami memulai usaha ini sejak sekitar 6 minggu yang lalu. Beragam sajian makan dan minum ada disana. Kopi Single Origin, teh, jus dari buah segar, mie goreng, mie rebus, ayam geprek, sop, soto, burger, hot dog, roti bakar, lontong, nasi gurih dan beragam jajanan lainnya ada di sini.
Kami, hadir dengan menyajikan kopi single origin dengan penyajian manual brew. Ketika pelanggan datang, dia bebas memilih jenis kopi sesuai seleranya. Barista di Copita (nama tenant kami) akan memandu Anda untuk mengenali ragam kopi yang kami sediakan. Setelah Anda menentukan pilihab jenis kopinya, Barista Copita akan memastikan pula alat manual brew mana yang seharusnya Anda gunakan.Â
Karena, setiap varian kopi memiliki ke khasan, sehingga pengolahan hingga penyajiannya juga berbeda. Semua tergantung selera dan permintaan pelanggan (copiter). Barista copia akan dengan setia menuntun bahkan menunjukkan semua proses sejak pemilihan kopi hingga siap untuk diseruput oleh para copiter.
Di Copita CoffeeShop, alat manual brew yang digunakan antara lain V60, vietnam drip, shypon coffee maker dan presso.
Dalam waktu 6 minggu ini alhamdulillah pelanggan baru sudah mulai bertambah. Walaupun jumlah per harinya fluktuatif.
Kondisi ini menyebabkan penghasilan yang tak menentu dan belum mencapai hasil maksimal. Target sudah dibuat, namun rejekinya yang belum datang juga.
Memang, kata orang tua kita dulu, rejeki itu harus dijemput kalau tak sabar menunggunya datang.
Tak sedikit dari kami yang mulai khawatir akan kelangsungan usahanya. Ada yang sudah mulai uring-uringan untuk bwrjualan. Ada pula yang memutuskan tak berjualan dalam beberapa hari belakangan.
Kalau bahasa anak jaman now, hampir aemua pada galau. Tapi kami memiliki Barista yang luar biasa bersemangat. Bukannya ikut lemas, malah kondisi ini memacunya untuk berinovasi dan mengalahkan tantangan ini.
Ketika yang lain memutuskan libur, dia tetap beraemangat untuk berjualan.
Prinasip yang ia pegang teguh adalah "Rejeki itu ditangan Allah. Yang penting kita buka saja warung nya. Kalau rejeki pasti akan ada pelanggan yang datang"
Dalam pandangam beliau, tak boleh kita berprasangka atau memprediksi apapun yang akan terjadi beberapa saat kedepannya.
Karena, bisa jadi kita prediksi tak akan ada pelanggan yang datang, ternyata karena itu rejeki kita, maka pelanggan pun ramai yang datang.
Terus dia meyakinkan dirinya dan menguatkan energi itu kedalam dirinya.
Sehingga...ketika kami buka ketika yang lain tutup, alhamdulillah pelanggan tetap ada yang datang.
Makanya kalau kata teman yang sudah sukses berbisnis terlebih dahulu bahwa kalau ingin membuka sebuah badan usaha, kita harus save "mengalokasikan" dana talangan sampai cukup membayar gaji karyawan dan keperluan lainnya untuk 6 bulan kedepan.
Kalau itu tak dipersiapkan, maka akan terasa sangat kuat oleh yang menerpa perahu kita.
Bagi tim copita,kondisi yang dialami saat ini adalah tantangan untuk membuktikan bahwa Copita termasuk salah satu calon pesain kuat pergerakan kopi dunia.
Keyakinan mencapai itu lah yang membuat kami terus memutar otak agar pelanghan terus bertambah sehingga kebutuhan kami selama 6 bulan kedepannya bisa terpenuhi. Hingga akhirnya perahu kami akan melaju si ombak yang mengyun kami untuk bisa tidur pulas dalam desiran sepoi angin laut yang menenangkan.
Wassalam.
Martony Calvein Kakomole Kuada
Founder Perawat Peduli Indonesia "Aku Bangga Jadi Perawat"
Owner: Copita CoffeeShop "The Legendary Coffee Taste"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H