Mohon tunggu...
Martony Calvein Kakomole Kuada
Martony Calvein Kakomole Kuada Mohon Tunggu... Perawat - Motivissioner

Martony Calvein Kakomole Kuada Founder: Perawat Peduli Indonesia "Aku Bangga Jadi Perawat" Owner Copita Coffeeshop Owner: Copita CoffeeShop "The Legendary Coffee Taste"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Internasionalisasi Perawat Indonesia

12 Mei 2015   21:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:07 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesaui tema yang saya buat dalam rangka memperingati International Nuse’s Day pada Selasa, 12 Mei 2015 kali ini, saya akan menuliskan beberapa hal tentang Internasionalisasi Perawat Indonesia. Berbicara Internasional, maka kita akan berbicara Persaingan bebas. Kesiapan kita menghadapi persaingan bebas ini sangat dibutuhkan dalam bingkai professional. Kita semua pasti memiliki mimpi besar bagaimana menjadi tuan dirumah sendiri. Bukan kita tuan rumah malahan kita ayang akan menjadi pembantunya. Berikut saya akan paparkan apa saja yang seharusnya dipersiapkan perawat Indonesia menghadapi persaingan bebas dalam bingkai Perdagangan bebas dunia, baik dalam konteks MEA maupun CAFTA yang telah dicanangkan akan diberlakukan pada tahun 2015 ini.

1.Internasionalisasi Bahasa

Sebenarnya ini salah satu kata kunci untuk internasionalisasi. Saya pernah mendapatkan sebuah kisah perjalanan sahabat yang mendapatkan kesempatan untuk magang ke beberapa negara di luar negeri termasuk Malaysia. Selama disana pada awal pertemuan dengan beliau, orang tempatan biasanya akan memandang sebelah mata dia karena dianggap tidak mengusasi bahasa asing. Setelah beliau memulainya dengan English, barulah penghargaan berbeda beliau dapatkan.

Demikian pentingnya lah intenasionalisasi Bahas harus kita kuasai. Bukan hanya bahasa Inggris, namun juka Bahasa China dan Bahasa Arab, ini dikarenakan hingga saat ini kita masih beredar disekitar kawasan tersebut untuk dimanfaatkan sebagai pekerja professional.

Tapi, yang paling minimal adalah penguasaan kita terhadap Bahasa inggris sebagai bahasa yang telah kita sepakati bersama sebagai bahasa yang mendunia. Saya yakin kebanyakan diantara kita telah mengetahui Bahasa inggris dan menghapal beberapa kata serta pola kalimat dalam menyebutkannya. Hanya saja, kita biasanya malau untuk memuali menggunakannya. Sehingga apa yang telah kita kauasai hilang pula bersama ketidakpembiasaan yang kita lakukan.

Cobalah perbanyak berbincang dalam bahasa inggris dalam keseharian kita. Saling mengingatkan kalau ada kosa kata yang kurang kita fahami. Saya rasa tak ada yang tak mungkin. Apalagi, standart yang digunakan saat ini ada yang kita sebut dengan ISO dan juga secara spesifik di pelayanan kita sebut dengan JCI. Sehingga mau tak mau, siap atau tidak kita harus mampu menggunakan bahasa Inggris baik secara pasif and diutamakan aktif

2.Internasionalisasi Asuhan

Selama ini dalam penegakan Asuhan Keperawatan kita sudah bisa dipastikan mengenal apa yang disebut dengan Dungeus, NANDA, NIC, NOC bahkan di Indonesia dikembangkjan pula ISDA oleh ibu IntanSari Nurjannah slah seorang Doktor Lulusan Autralia yang saat ini menjadi dosen di FIK UGM. Saya selalu mepertanyakan kepada sejat yang ada di manajemen. Mana kitab suci yang kita gunakan untuk menegakkan Asuhan Keperawatan? Ternyata belum tentu ada yang bisa menjawab secara pasti. Coba kita bersama sama buka Asuhan keperawatan yang selama ini kita buat, dan buka pula kitab suci diatas yang kita ketahui, sama atau tidak? jangan jangan simpulan Diagnosanya sama, namun pola pengkajian dan kriterianya berbeda. Atau sebaliknya. Kalau demikian sama saja artinya kita belum berpegang teguh pada kitab suci. Ini pula yang menurt saya menjadi kendala kenapa BPJS sulit menyimpulkan besaran jasa untuk setiap item tindakan keperawatan. Hal ini bisa jadi dikarenakan belum adanya keseragaman kitab suci yang kita gunakan. Kalau kita mau, jangan ada yang menyimpang dari kitab suci yang telah kita sepakati bersama, maka tak ada alas an lagi BPJS menghindar dari tuntutan jasa keperawatan. Saya pernah baca tentang NANDA, NIC atau NOC. Ternyata disana hampir sama dengan IV=CD IX atau ICD X nya dokter. Semuanya terdefenisikan secara baik dan diberikan kode. Nah..kenapa tak ini yang kita adopsi? Kenapa kita harus buat lembar Asuhan Keperawatan dengan konsep dan pemikiran kita sendiri? Apakah Kapasitas kelimuan kita sudah sampai disana untuk merumuskannya? SEharusnya pertanyaan sperti itu ada dibenak kita sebelum memutuskan bahwa inilah Asuhan yang akan kita gunakan.

3.Internasionalisasi Dokumen

Sebagai tempat mencurahkan berbagai macam Asuhan yang telah kita rencanakan, maka alangkah baiknya jika kita mendokumentasikannya secara baik dan benar. Kita harus gunakan dokumen yang standard an seragam untuk semua unit pelayanan. Jangan di RS A dan RS B berbeda dokumen Komunikasi dan dokumen asuhannya. Denagn demikian, sama halnya dengan Asuhan yang saya maksudkan di atas, harus jelas apa kitab sucinya. Apakah JCI, KARS atau apapun itu. Yang penting dokumen yang kita gunakan berdasarkan hasil penelitian yang benar dan telah teruji ketepatan pengunaannya. Sehingga kita hanya melakukan sedikit modifikasi sesuai lahan praktik yang kita miliki.

4.Internasionalisasi Penampilan.

Ini yang tekadang kita lupakan. Perawat datang ke Rs dengan gaya dan tampilan biasa saja. memang yang dituntut disini bukan tampilan yang seronok bak took berjalan dengan deretan emas yang bergantungan dari ujung jari hingga ujung kaki. Datang dengan tampilan sederhana namun elegan. Menunjukkan aura kesipan untuk bekerja serta aura kesiapan untuk menerima keluhan.

Tampilan ini akan sangat berepengaruh terhadap penerimaan orang lain pada diri kita. Tampilan yang muncul akan bisa menggambarkan isi hati yang sesungguhnya. Disitulah perlu pembelajaran professional bagaimana memposisikan diri sesuai panggung tempat kita berada. Lihatlah seorang artis, kadang kita tak tahu dia sedang sakit atau berduka. Dia bisa dengan baik membuang kedukaan dan kesakitan yang dialaminya agar fans di depan panggung bisa terhibur dibuatnya.

Kalau saya memandang pemilihan pakaian juga kedepannya harus benar benar diperhatikan. Bukan hanya warna putih tapi kualitas kain dan jahitannya sembarangan. Tapi harus seragam putih dengan kualitas yang menunjukkan kemewahan. Harus rapih dan tidak mudah berubah warna. Kadang kita menggunakan seragam putih namun ternyata telah menjadi coklat dan banyak lagi masalah dengan kain.

Bagaimana cara kita berkomunikasi dan cara kita berjalan juga harus dipelajari dengan baik dan diterapkan. Bagaimana berjalan, bagaimana duduk, bagaimana menunduk, bahkan bagaimana cara mengambil barang kita yang jatuh akan menunjukkan profesionalisme kita. Semua itu ada aturannya dan tak bisa dilakukan sembarangan dan serampangan. Marwah diri kita akan terlihat disana. Termasuk kebersihan diri, gaya rambut, kuku, dan banyak elemen lainnya.

Penampilan menarik bukan berarti banyak gaya, namun berpenampilan dengan menyesuaikan siapa yang akan kita temui dan untuk apa kita berada disana dengan tetap berpatokan bahwa kita akan melayani dan menghadapi manusia bukan patung patung yang berserakan.

5.Internasionalisasi Pemikiran.

Memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan kedepannya. Bukan hanya dituntut strata pendidikan yang tinggi namun juga tingkat pemikiran yang mumpuni. Banyak diantara kita yang memiliki pendidikan tinggi namun sara dan pola pikirnya biasa saja tak menunjukkan kelas intelektualitasnya. Semuanya harus seiring berjalan. Peningkatan intelektualitas ini hendaknya pula diiringi dengan peningkatan kualitas dan kapasitas dalam pelayanan. Jadi bukan hanya sekedear teori tanpa aplikasi atau aplikasi yang tak berlandaskan teori.

Itulah kenapa saya berfikir untuk tidak dipisahkannya antara profesi dan vokasi sejak awal, namun dia dipisahkan ketika program lanjutan di magister (Bahasan selengkapnya pada tulisan yang lain).

Perawat tak boleh lagi berfikir kolot dan berfikir dengan menerapkan ilmuturun temurun yang belum tentu sesuai lagi untuk kondisi kekinian. Perkembangan keilmuan harus terus dilakukan setiap saat dan setiap waktu bisa melalui diskusi di medi media social atau mencari informasi di media medi on lie. Atau bisa juga dengan aktif mengikuti kajian kajian ilmiah dimana pun kita berada.

Internasionalisasi pemikiran ini sangat penting dalam rangkan meningkatkan nilai tawar Perawat dimata public.

Itulah 5 elemen internasionalisasi yang menurut saya harus kita lakukan untuk mempercepat terwujudnya perawat yang bersatndar Internasional.

Wassalam

Martony Calvein kakomole Kuada

Perawat Peduli Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun