Mohon tunggu...
Martony Calvein Kakomole Kuada
Martony Calvein Kakomole Kuada Mohon Tunggu... Perawat - Motivissioner

Martony Calvein Kakomole Kuada Founder: Perawat Peduli Indonesia "Aku Bangga Jadi Perawat" Owner Copita Coffeeshop Owner: Copita CoffeeShop "The Legendary Coffee Taste"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mind Set, Kunci Peningkatan Kualitas Keperawatan

7 Maret 2015   05:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:03 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kita memperhatikan bagaimana kualitas pelayanan keperawatan yang ada di Rumah Sakit ataupun lembaga pelayanan kesehatan lainnya, maka kita akan sangat dengan mudah menemukan pelayanan keperawatan yang masih bisa dikatakan jauh dari standar yang seharusnya dilakukan oleh seorang perawat. Pelayanan yang didapatkan oleh seorang klien pun terkesan sekedar biasa biasa saja, jangannkan untuk menyentuhnya kadang menegurnya saja pun perawat enggan. Banyak klien yang mengeluh tak diperhatian oleh perawat. Perhatian yang mereka butuhkan bukan hanya dalam bentuk pelayanan fisik namun yang tak boleh terlupakan juga pelayanan Rohani dan psikologi.

Dalam kondisi keterbatasan aktifitas, sangatlah dibutuhkan sebuah support system yang memadai guna mendukung percepatan proses pemulihan dan kemandirian klien. Klien biasanya sangat ingin diperhatikan dan membutuhkan perhatian ekstra. Rasa cemas dan ketakutan yang mereka alami akibat dari penyakit yang mereka derita serta keterbatasan aktifitas yang mereka alami akan memicurasa ingin diperhatikan yangb sangat tinggi. Belum lagi semangat hidup yang menurun karena ketidakyakinan akan kesembuhan penyakitnya membuat klien biasanya memiliki ketergantungan tinggi baik untuk aktifitas harian maupun mencurahkan isi hati.

Kondisi ini yang kadang tak disadari okleh seorang perawat, bagaimana komunikasi therapeautic sangat dibutuhkandisana. Bahkan kalau boleh dikatakan fakstor foktor seperti ini pada kondidi tertentu akan sangat lebih menentukan ketimbang obat obatan yang diberikan kepada klien. Bayangkan saja, seandainya klien sudah tak memiliki keyakinan hidup lagi, maka aktifitas apapun dia malas bahkan mungkin tak mau melakukannya. Akibatnya, perawatan dirinya secara mandiri akan menurun, bahkan konsumsi gizinya juga akan sangat terganggu. Lebih jauh lagi untuk diberikan obatpun klien bisa saja tak mau karena kepustusasaan yang dialami nya akibat penyakit yang berkepanjangan yang di derita.

Melihat dari gambaran kondisidiatas, maka peran perawat selaku garda terdepan pelayanan amatlah sangat diperlukan. Bagaimana perawat mampu memerankan dirinya sebagai pelayan maupun orang terdekat dari klien seharusnya mampu diperankan secara baik. Sehingga klien akan nyaman menyampaikan semua keluh kesahnya dan juga perkembangan penyakitnya.

Namun, kenyataan yang ada ini kebanyakan hanyalah sebatas teori. Perawat banyak yang belum mampu memerankan dirinya sesuai tuntutan peran pelayanannya. Perawat masih banyak yang terkesan cuek bahkan jutek. Tak peduli merupakan kebiasaan perawat yang sangat biasa diperankan dalam menghadapi kliennya.

Kondisi ini kata sebahagian orang sudah mendarah daging dalam keseharian perawat dalam pelayanannya. Sehingga menjadi sebuah “PR” besar untuk kita bersama bagaimana merubah pandangan ini dalam pelayanan keperawatan kedepannya. Menurut saya merubah mind set merupakan kata kunci yang harus ditanamkan. Merubah mind set perawat sehingga dia tersadar bahwa dia adalah pelayan bagi kliennya, merubah mind set bahwa dia bertugas bukan untuk pelayanan patologis namun lebih bertitik tekan terhadap pelayanan psikososiospiritual yang holistic.

Mind set ini dapat dibentuk dimuali ketika calon perawat masih dalam proses pendidikan maupun setelah perawat memerankan dirinya sebagai professional. Kalau dalam proses pendidikan itu merupakan tanggung jawab mutlak dari institusi pendidikan bagaimana menanamkan karakter keperawatan yang benar terhadap generasi perawat masa depan melalui penerapan kurikulum yang sesuai standar pelayanan dan juga kebutuhan masyarakat dimasa depan. Perawat harus diberikan pemaghaman yang benar tentang pelayanan keperawatan sesuai dengan paradigm dasar keperawatan yaitu lingkungan, manusia, kebutuhan.

Perawat harus memahami betul apa itu perawat sesuai dengan nilai nilai dasar yang terkandung didalamnya. Kalau bahasa para ahli , setiap perawat harus ditsnamkan secara benar filsafat tentang perawat dan keperawatan. Kemudian disusul dengan penanaman nilai melalui pemaparan role model keperawatan, apakah itu Rufaidah maupun Florence Nightangel dan tokoh tokoh perawat lainnya yang dikenal pada era modern. Pemberian pemahana tentang role model ini sangat penting guna perawat memilik acuan yang benar terhadap bagaimana dia seharusnya dia melayanai sesuai semangat para pelopr pelayanan keperawatan dimasa terdahulu.

Dilanjutkan pula dengan penanaman niali nilai religitas ataupun spiritualitas kepada perawat sebagai bekan perawat melakukan pelayanan dalam hal soft skill. Pelayanan dari hati sangat dibutuhkan oleh seorang perawat dalam melakukan setiaop tahapan pelayananannya. Yang terakhir baru kita akan berbicara skill dan keterampilan merawat. Hal ini biasanya akan mengikuti tiga elemen diatas kalau semuanya telah tertanam sengan baik. Perawat akan semakin mencari tahu jati dirinya sebagai professional dan juga akan terys berusaha menjadi yang terbaik sesuai iali niali yang dia fahami tentang keperawatan serta sebagaimana yang dilakukan oleh para panutan pendahulu keperawatan.

Untuk menuju itu semua bukanlah hal yang mudah, apalagi kondisi hari ini mind set perawat telah terbentuk dengan berbagai ketidak sesuaiannya dengan konsep konsep dasar yang dipelajari. Mengembalikan perawat kepada jati dirinya merupakan tugas semua kita. Sebagai tahap awal kita harus memulainya apada diri kita sendiri. Setiap individu harus mampu dan berani memberontak dirinya untuk keluar dari kenyataan yang ada. Setiap individu harus mampu mebentuk nilai nilai positif dalam jiwanya dalam mencari solusi atas kegalauannya. Setiap individu harus mampu secara tegas menyatakan pada dirinyabahwa dia adalah perawa professional sehingga akan menimbulkan semngat kebanggan berprofesi sebagai perawat. Kalau nilai nilai ini sudah terkunci dengan baik didalam nurani setiap individunya, saya yakin, pelayanan keperawatan kedepannya akan semakin baik.

Bagi setiap individu junior harus pula berani menegaskan dirinya untuk menolak nilai nilai negative yang ada disekitar lingkungan kerjanya. Harus berani menyatakan yang benat tiru benar dan yang salah itu salah. Harus mampu terus membiasakan yang benar sebagaimana keilmuan yang didapatakannya selama ini, bukan malah membenarkan yang biasanya dilakukan para seniornya walaupun itu mereka tahu sesuatu hal yang salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun