Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merdeka Belajar, Diakui dan Bergembira dalam Belajar

6 Agustus 2024   07:55 Diperbarui: 6 Agustus 2024   08:03 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar dalam pengakuan dan penghargaan diri. Sumber: the74million.org

"Memanggil setiap orang dengan namanya adalah sebuah pengakuan atas eksistensi yang membuat setiap pribadi menjadi merdeka, yang melahirkan kelegaan dan kegembiraan untuk belajar. " (Audacia)

Mahar bukanlah murid yang hebat, cenderung biasa-biasa saja di kelasnya, bahkan dia adalah murid yang berasal dari luar kota. Mahar tinggal bersama pamannya di kota ini demi mengejar mimpinya untuk menjadi dokter. Dia ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik maka berani meninggalkan kampung halaman dan keluarganya.

Belajar di sekolah yang berada di kota rupanya membutuhkan adaptasi yang begitu kompleks bagi Mahar. Berkenalan dengan teman-teman baru yang memiliki pola hidup yang beda dengan Mahar. Mengikuti pembelajaran bersama guru-guru yang cara mengajarnya berbeda dengan gurunya sewaktu di kampung halaman. Mahar harus berjuang untuk melewati semua itu.

Kadangkala Mahar merasa sendiri dan menjadi orang asing. Perlahan namun pasti, Mahar mulai menikmati segala dinamika di sekolah itu. Mahar semakin bahagia dan gembira ketika teman-temannya mulai mengenalnya. Bahkan, Mahar sangat senang tatkala para guru sudah hafal namanya dan memanggil dengan namanya, tidak lagi dengan "kamu", "ya dia", "siapa kamu", "kamu anak luar kota", atau "kamu anak jauh".

Sederhana namun melegakan hati ketika orang di sekitarnya sudah memanggil namanya. Itulah yang dialami dan dirasakan oleh Mahar, anak kampung yang berusaha mengejar mimpinya di kota. Eksistensinya diakui, keberadaannya menjadi nyata untuk lingkungan sekitarnya.

Pentingnya Pengakuan Eksistensi Pembelajar

Merdeka belajar berarti tidak ada yang tertinggal di belakang dalam setiap relasi pembelajaran di dunia pendidikan. Semua anak tersapa dengan baik, semua anak diakui keberadaannya sebagai peserta didik yang siap belajar dengan merdeka dan penuh makna. Tampaknya sederhana tetapi sesungguhnya memiliki dampak yang begitu besar, mengenal nama setiap anak di kelas dan memanggil mereka dengan namanya masing-masing.

Mahar merasakan sungguh betapa nyaman dan gembiranya ketika para guru di sekolah barunya sudah memanggil dia dengan namanya, tidak lagi dengan bentuk panggilan yang tidak jelas. Mahar merasa dikenal dan bahkan diakui keberadaannya oleh para guru. Rasa nyaman dan gembira itu memberikan dorongan positif dalam dirinya untuk belajar dengan merdeka, tak ada lagi rasa enggan atau ragu-ragu.

Di sisi lain, Mahar juga merasakan pengakuan sebagai satu komunitas dengan teman-temannya ketika mereka memanggil namanya, tidak lagi dengan panggilan "he...". Pengakuan dan kebersamaan sebagai satu komunitas kelas ini menciptakan lingkungan positif dan kondusif bagi Mahar untuk nyaman dan produktif dalam belajar. Mahar sungguh-sungguh merdeka, lepas dari belenggu kekhawatiran di lingkungan baru. Mahar menemukan kelegaan dan kegembiraan untuk belajar demi meraih impiannya.

Setiap Anak Didik Merdeka

Merdeka belajar sejatinya perlu dimaknai dalam tataran kritis dan praktis, bukan sekadar tentang orientasi pengembangan materi yang penuh makna. Pola komunikasi dan relasi menjadi bagian yang vital dalam implementasi merdeka belajar yang sungguh-sungguh merdeka secara utuh, menjadi manusia yang berkembang secara penuh. Mahar nyaris tidak mendapatkan kemerdekaannya sebagai pribadi maupun sebagai peserta didik jika lingkungan di sekitarnya tak mengenalnya secara pribadi. Dia bisa saja akan tetap terbelenggu dengan kekhawatiran dan ketidaknyamanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun