belajar. " (Audacia) "Memanggil setiap orang dengan namanya adalah sebuah pengakuan atas eksistensi yang membuat setiap pribadi menjadi merdeka, yang melahirkan kelegaan dan kegembiraan untuk
Mahar bukanlah murid yang hebat, cenderung biasa-biasa saja di kelasnya, bahkan dia adalah murid yang berasal dari luar kota. Mahar tinggal bersama pamannya di kota ini demi mengejar mimpinya untuk menjadi dokter. Dia ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik maka berani meninggalkan kampung halaman dan keluarganya.
Belajar di sekolah yang berada di kota rupanya membutuhkan adaptasi yang begitu kompleks bagi Mahar. Berkenalan dengan teman-teman baru yang memiliki pola hidup yang beda dengan Mahar. Mengikuti pembelajaran bersama guru-guru yang cara mengajarnya berbeda dengan gurunya sewaktu di kampung halaman. Mahar harus berjuang untuk melewati semua itu.
Kadangkala Mahar merasa sendiri dan menjadi orang asing. Perlahan namun pasti, Mahar mulai menikmati segala dinamika di sekolah itu. Mahar semakin bahagia dan gembira ketika teman-temannya mulai mengenalnya. Bahkan, Mahar sangat senang tatkala para guru sudah hafal namanya dan memanggil dengan namanya, tidak lagi dengan "kamu", "ya dia", "siapa kamu", "kamu anak luar kota", atau "kamu anak jauh".
Sederhana namun melegakan hati ketika orang di sekitarnya sudah memanggil namanya. Itulah yang dialami dan dirasakan oleh Mahar, anak kampung yang berusaha mengejar mimpinya di kota. Eksistensinya diakui, keberadaannya menjadi nyata untuk lingkungan sekitarnya.
Pentingnya Pengakuan Eksistensi Pembelajar
Merdeka belajar berarti tidak ada yang tertinggal di belakang dalam setiap relasi pembelajaran di dunia pendidikan. Semua anak tersapa dengan baik, semua anak diakui keberadaannya sebagai peserta didik yang siap belajar dengan merdeka dan penuh makna. Tampaknya sederhana tetapi sesungguhnya memiliki dampak yang begitu besar, mengenal nama setiap anak di kelas dan memanggil mereka dengan namanya masing-masing.
Mahar merasakan sungguh betapa nyaman dan gembiranya ketika para guru di sekolah barunya sudah memanggil dia dengan namanya, tidak lagi dengan bentuk panggilan yang tidak jelas. Mahar merasa dikenal dan bahkan diakui keberadaannya oleh para guru. Rasa nyaman dan gembira itu memberikan dorongan positif dalam dirinya untuk belajar dengan merdeka, tak ada lagi rasa enggan atau ragu-ragu.
Di sisi lain, Mahar juga merasakan pengakuan sebagai satu komunitas dengan teman-temannya ketika mereka memanggil namanya, tidak lagi dengan panggilan "he...". Pengakuan dan kebersamaan sebagai satu komunitas kelas ini menciptakan lingkungan positif dan kondusif bagi Mahar untuk nyaman dan produktif dalam belajar. Mahar sungguh-sungguh merdeka, lepas dari belenggu kekhawatiran di lingkungan baru. Mahar menemukan kelegaan dan kegembiraan untuk belajar demi meraih impiannya.
Setiap Anak Didik Merdeka
Merdeka belajar sejatinya perlu dimaknai dalam tataran kritis dan praktis, bukan sekadar tentang orientasi pengembangan materi yang penuh makna. Pola komunikasi dan relasi menjadi bagian yang vital dalam implementasi merdeka belajar yang sungguh-sungguh merdeka secara utuh, menjadi manusia yang berkembang secara penuh. Mahar nyaris tidak mendapatkan kemerdekaannya sebagai pribadi maupun sebagai peserta didik jika lingkungan di sekitarnya tak mengenalnya secara pribadi. Dia bisa saja akan tetap terbelenggu dengan kekhawatiran dan ketidaknyamanannya.
Eksistensi setiap pribadi di dalam kelas harus diperjuangkan oleh pribadi, guru, dan seluruh anggota komunitas karena hal itu adalah esensi dari sebuah kemerdekaan untuk belajar. Rasa diterima dan dihargai sejatinya menjadi kebutuhan vital setiap pribadi di lingkungan edukatif sehingga setiap pribadi mempunyai keleluasaan untuk mengeksplorasi diri dan mengaktualisasikan ide dan perasaannya. Mahar sungguh-sungguh merasakan keleluasaan itu setelah lingkungannya menerima dan mengenalnya dengan cara yang sederhana, memanggilnya dengan "Mahar".
Seringkali proses pendidikan ataupun pembelajaran di sekolah lupa bahwa betapa besarnya pengaruh mengenal nama satu sama lain. Secara psikologis, setiap pribadi akan senang dikenal dan dipanggil dengan namanya. Secara sosial, panggilan dengan nama memberikan kenyamanan tersendiri sebagai tanda diterima dan diakui keberadaannya sehingga keberadaannya diperhitungkan sebagai anggota komunitas.
Pada akhirnya, merdeka belajar senantiasa memberikan fokusnya pada eksistensi setiap pribadi yang terlibat di dalamnya. Biarlah setiap anak dalam lingkungan pendidikan mendapatkan kemerdekaannya, merasa nyaman, diakui, dan dihargai. Biarlah anak-anak belajar dengan penuh kemantapan tanpa keraguan dan kekhawatiran. Biarlah anak-anak bergembira dalam setiap dinamika pendidikan sehingga mampu menemukan semangat dan makna dalam setiap aktivitasnya. Seperti halnya Mahar telah mendapatkan kemerdekaannya dalam belajar, sebuah harapan besar bahwa anak-anak di negeri ini pun dapat bergembira belajar. Mari mengenal satu per satu setiap anak didik dalam semangat merdeka belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H