pagi yang baik menjadi modal yang ampuh untuk membangun karakter yang baik pula. Ketekunan dan konsistensi di pagi hari adalah kunci utama dalam pembentukan diri." (Audacia) "Rutinitas
Dika harus bangun pagi pukul 04.00 untuk membantu orang tuanya mengurusi segala urusan keluarga. Setiap orang dalam keluarga Dika memiliki tanggung jawab masing-masing di pagi hari. Ibu memasak untuk menyiapkan bekal makanan untuk bapak, Dika, dan adiknya. Bapak harus sibuk ria dengan hewan piaraan sembari memanaskan mesin kendaraan. Dika dibantu adik menyapu rumah dan menata tempat tidur serta ruang tamu.
Pukul 05.45 Dika dan adik bersama bapak bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah sekaligus bapak berangkat ke kantor. Peluk dan cium dengan ibu menjadi tanda berpamitan dan sepeda motor mulai melaju seiring lambaian tangan dan ucapan "hati-hati di jalan" dari ibu. Perjalanan menuju sekolah sekitar 35 menit. Sesampainya di sekolah, Dika dan adik pun berpamitan dengan bapak teriring lambaian tangan dan kata-kata "yang pintar belajarnya".
Kebiasaan pagi hari di keluarga Dika ini tampaknya biasa-biasa saja dan mungkin normal terjadi di banyak keluarga. Namun, jika kita resapi sungguh pengamalan ini sejatinya menjadi pengalaman baik dan positif dari sebuah keluarga yang memberikan modal baik pada perkembangan dan pengembangan pribadi setiap anak-anak. Dika dan adiknya patut bersyukur karena bisa memulai harinya dengan baik, positif, damai, rutin, dan menyenangkan. Pengalaman pagi ini menjadi awal yang baik untuk menjalani dinamika satu hari hingga malam.
Sulit dibayangkan, jika anak-anak harus belajar di sekolah namun memulai harinya di keluarga dengan amarah, emosi, sedih, muram, bahkan semuanya tidak disiapkan dengan baik, serba terburu-buru. Ketika anak memasuki lingkungan sekolah dan masuk ruang kelas, ada pergulatan pikiran dan perasaan yang belum selesai. Anak-anak belum siap untuk belajar.
Membangun Habitus Baik
Merdeka belajar sejatinya dimulai dari keluarga. Merdeka belajar bukan hanya berbicara tentang kurikulum yang hebat saja, namun jauh lebih penting mempertimbangkan konteks pendidikan itu sendiri, secara spesifik konteks peserta didik. Dalam tataran praktis, merdeka belajar yang benar-benar merdeka sesungguhnya mengedepankan kolaborasi dan kesepahaman yang baik.
Pengalaman Dika di pagi hari menjadi pengalaman dan kebiasaan yang baik peserta didik sehingga memberikan konteks peserta didik yang siap untuk belajar secara merdeka. Secara budi dan hati, Dika patut bersyukur karena semuanya tertata dengan baik di pagi hari dengan bangun pagi rutin, aktivitas pagi bersih-bersih, berpamitan, dan segala kebutuhan sekolah disiapkan dengan baik. Habitus baik dalam keluarga ini menjadi konteks pendidikan yang memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar secara merdeka.
Pernahkah kebiasaan pagi dalam keluarga menjadi materi pembelajaran di kelas? Seringkali yang menjadi pengolahan edukatif di sekolah adalah akibat dari kebiasaan pagi, seperti siswa datang terlambat. Keterlambatan ini akan menjadi proses yang berujung pada konsekuensi atau hukuman tertentu. Mari mengedepankan konteks pengalaman pagi dalam pendidikan.
Merdeka belajar sejatinya selalu siap memerdekakan hati dan budi peserta didik dan pendidik untuk siap belajar dan menggali setiap makna dalam proses pendidikan. Konteks kebiasaan keluarga di pagi hari menjadi fokus yang utama dan pertama dalam proses pendidikan yang sungguh-sungguh memanusiakan manusia dalam bingkai pendidikan humanis.
Para pendidik (guru) pun memiliki kebiasaan pagi yang beraneka ragam di keluarga. Menjadi sebuah kebutuhan sekaligus urgensi yang harus diusahakan dalam komunitas pendidikan menciptakan kebiasaan baik. Briefing pagi para pendidik di komunitas (sekolah) akan menjadi sarana yang baik untuk menyiapkan hati dan budi para pendidik sebelum proses belajar bersama para siswa. Briefing pagi komunitas pendidik ini menjadi media yang baik dan produktif untuk membangun kedisiplinan, konsistensi, militansi, sekaligus mengolah kesatuan hati dan budi.
Briefing pagi komunitas bagi pendidik tidak hanya sekadar informasi dan koordinasi, namun lebih mendalam memberikan inspirasi dan motivasi di pagi hari lewat bacaan, renungan, atau pun yel-yel penyemangat. Kebiasaan baik ini sudah semestinya diusahakan sebagai formasi diri dan komunitas menjadi pendidik yang siap secara hati dan budi belajar dengan para siswa.
Begitupula dengan para siswa, kesempatan memerdekakan diri juga perlu diusahakan setiap hari. Konteks pengalaman dan kebiasaan di keluarga menjadi pertimbangan yang esensi dalam proses pendidikan di sekolah. Adanya kegiatan olah hati dan budi setiap hari di pagi hari sejatinya akan memberikan kesempatan bagi mereka untuk menetralkan pengalaman yang kurang enak dan mengoptimalkan pengalaman baik sebagai modal hidup. Literasi di pagi hari, renungan inspiratif pagi, yel-yel motivasi belajar, dan sejenisnya sesungguhnya menjadi awalan yang baik di pagi hari untuk memerdekakan hati dan budi.
Akhirnya, proses pendidikan sudah seharusnya mengawali dan mempertimbangkan konteks pendidikan. Pengalaman dan kebiasaan pagi di keluarga menjadi pertimbangan yang esensi bagi guru dan siswa untuk mempersiapkan diri belajar dan mengajar secara merdeka. Belajar merdeka sudah seharusnya memerdekakan diri lewat inspirasi dan motivasi sehingga mampu mengolah diri dan berbagi hal-hal baik dalam kerangka pendidikan yang memanusiakan manusia menuju taraf insani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H