Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Berlatih Menangani Hal-hal yang Mendasar!

3 Juni 2024   05:05 Diperbarui: 3 Juni 2024   05:24 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konsistensi dan militansi sebagai kebiasaan baik yang membangun. Sumber: theladders.com

Penulis drama Victor Hugo pernah berkata, "Hidup ini singkat, kita membuatnya menjadi lebih singkat dengan memboroskan waktu secara sembrono." Banyak waktu dan bahkan energi kita pakai untuk mengerjakan hal-hal yang tidak penting sehingga pada titik tertentu seringkali kita merasa bingung dengan esensi hidup kita, bahkan bingung dengan arah hidup kita sendiri. Hidup serasa hanya mengalir begitu saja, bangun pagi dijalani hingga malam lalu beristirahat dan kembali pagi lagi tanpa ada keistimewaan dalam diri untuk menjadikan hidup penuh makna.

Anak-anak yang harus berangkat setiap pagi menuju sekolah, belajar berbagai mata pelajaran, dan masih mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah saat usai sekolah kadangkala juga hanya jatuh pada rutinitas yang terkadang mereka tidak memahami esensi belajar yang sedang mereka jalani. 

Pergi ke sekolah seringkali ditempatkan sebagai kewajiban mutlak yang tak ada pilihan lain bagi anak-anak. Maka, rasa terbebani, malas belajar, dan mulai mengabaikan banyak hal sangat lekat dengan catatan masalah di sekolah. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan dan bermakna justru menjadi tempat yang menyeramkan dan serasa memenjarakan anak-anak dalam belenggu tuntutan. Sungguh sangat ironis.

Dalam sebuah komunitas, lembaga, atau dunia kerja pun tidak akan lepas dari pengabaian esensi kehidupan itu sendiri. Orang berkumpul dengan segala tanggung jawab dan aktivitasnya serasa kerja mesin yang tak mampu berkolaborasi dan bersinergi dalam dalam antusiasme dan optimisme untuk tujuan bersama, dan lebih dari itu untuk menghidupi hidup ini dengan segala nilai-nilai kehidupan yang membangun dan mendukung satu sama lain. Seringkali proses kebersamaan antar pribadi dihabiskan untuk hal-hal yang kurang penting, daripada mengusahakan pengembangan dan implementasi etos kerja yang loyal dan militan.

Begitu pula dalam keluarga, segala dinamika dalam keluarga serasa mengalir begitu saya tanpa ada esensi hidup bersama yang mau dikembangkan dan dihidupi. Setiap pribadi dalam keluarga sibuk dengan segala kepentingan dan kegiatannya, mengabaikan jejaring benang merah kekeluargaan yang sesungguhnya menjadi pilar utama dalam mengembangkan keluarga yang berkualitas. Terkadang situasi keluarga begitu ironis, berkumpul tetapi tidak berelasi karena masing-masing sibuk mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.

Koreksi batin dalam refleksi menjadi daya ampuh dalam hidup. Sumber: thelawofattraction.com
Koreksi batin dalam refleksi menjadi daya ampuh dalam hidup. Sumber: thelawofattraction.com
Kini tiba saatnya kita sungguh merenungkan esensi hidup kita, sebagai pribadi dan komunitas bersama orang lain. Kebiasaan melihat diri dalam evaluasi dan refleksi diri menjadi sarana yang sangat baik untuk melihat pengalaman, memaknai pengalaman, dan membangun komitmen untuk langkah selanjutnya. Koreksi batin yang menjadi kebiasaan harian senantiasa mampu menggerakkan budi dan hati kita pada esensi kehidupan yang mendasar.

Apakah pengalamanku yang menarik hari ini? Nilai hidup (life values) apa yang bisa saya ambil dari pengalaman tersebut? Komitmen nyata apa untuk hari esok yang bisa menjadikan hidupku semakin bermakna dan berdampak untuk orang lain? Rasa syukur apa yang bisa saya ungkapkan pada Sang Pencipta atas seluruh pengalaman hari ini? 

Membangun kebiasaan koreksi batin tersebut sejatinya menjadi kesempatan yang baik untuk menemukan dan menjalankan hal-hal yang mendasar dan esensi dalam hidup. Mari berlatih mengolah batin dan hidup dengan kebiasaan baik dan teratur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun