Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Berkomunikasi, Belajar Membangun Keselarasan

21 Februari 2024   07:07 Diperbarui: 21 Februari 2024   07:09 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

John W. Gardner berkata, "Jika saya harus menyebut instrumen kepemimpinan serbaguna, jawaban saya komunikasi." Inspirasi positif dan motivatif ini menyadarkan setiap pribadi pada pentingnya kepemimpinan diri, dalam mengolah dan mengoptimalkan diri yang berdaya guna bagi diri, sesama, dan lingkungan. Kepemimpinan bukanlah sekadar bicara tentang posisi atau jabatan, namun lebih dari itu, sejatinya kepemimpinan terkait pengenalan, pengolahan, dan pengoptimalan diri.

Ketika ditelisik lebih dalam dengan konteks nyata kehidupan, kepemimpinan erat kaitannya dengan komunikasi, baik komunikasi dengan diri dan orang lain. Banyak orang tidak mengenal dirinya sendiri sehingga tidak mampu mengoptimalkan diri untuk lebih berdaya guna. Banyak orang hanya jatuh pada rutinitas raga yang pada akhirnya berhenti pada kelelahan raga yang tidak mampu berbuat banyak untuk diri dan sesama. Inilah poin pertama dan utama dalam kepemimpinan, membangun komunikasi diri.

Setiap pribadi memiliki latar belakang sendiri, setiap orang memiliki idealisme diri masing-masing. Membangun komunikasi diri membutuhkan kemauan dan keberanian untuk rendah hati menelusuri dan melihat kenyataan hidup di masa lalu dan masa sekarang. Koreksi diri, koreksi batin, dan koreksi nurani menjadi jalan untuk mendapatkan gambaran diri, siapakah aku ini?

Seringkali banyak orang terjebak dalam rutinitas dan kesibukan harian sehingga tidak memiliki waktu khusus untuk berkomunikasi dengan dirinya dalam keheningan jiwa dan ketulusan diri. Kesempatan ini sesungguhnya sangat penting untuk selalu menyadari eksistensi diri dalam hiruk pikuk kehidupan dan teknologi, yang kadangkala kita tenggelam dan terseret oleh arus deras kehidupan. Bahkan seringkali, banyak pribadi memiliki raga nyata namun jiwanya tersesat dalam belantara dunia.

Meluangkan waktu setiap hari untuk sendiri dan menyendiri, untuk melihat diri dan mambangun komitmen diri pada kehidupan yang lebih baik dan bermakana. Hidup harus berguna, hidup harus menyala. Hidup setiap pribadi sejatinya memberikan dampak positif pada diri, sesama, dan semesta.

Percayalah bahwa komunikasi diri menjadikan diri sehat jiwa dan raga, menjadikan diri berdaya guna secara budi, hati, dan nurani. Diri yang beres, sehat, bahagia, dan damai senantiasa menjadi modal penting dalam membangun komunikasi dengan sesama. Kedewasaan diri menjadi senjata yang ampuh dalam menjalin relasi yang menyenangkan dan bermakna dengan sesama dalam hidup guyub, rukun, dan bermakna. Komunikasi pastilah membawa keselarasan dalam diri dan sesama.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun