perilaku yang positif menjadi harapan yang menggembirakan atas martabat setiap manusia. Kesatuan hati dan budi merupakan modal hebat dalam membangun jejaring pribadi dalam relasi dan komunikasi. Kesatuan setiap pribadi dalam
Psikolog Pendidikan, E.L. Thorndyke meneliti tentang modifikasi perilaku sekitar pergantian abad ini. Penelitian ini membawanya pada penemuan yang disebut dengan Hukum Pengaruh, yakni "Perilaku yang segera diberi ganjaran akan semakin sering terulang; sedangkan perilaku yang segera mendapatkan hukuman, akan lebih jarang terulang." Ada pengaruh yang begitu besar dan berbeda atas ganjaran dan hukuman dalam membentuk perilaku tertentu.
Dinamika kehidupan dalam berbagai bidang tak lepas dengan bentuk-bentuk perilaku, baik itu dalam keluarga, lembaga, perusahaan, komunitas, masyarakat, dan lainnya. Respon ataupun tanggapan atas perilaku itu dapat menentukan efek atau akibatnya. Dalam Hukum Pengaruh, ganjaran (reward) ternyata memberikan pengaruh yang begitu besar dalam membentuk perilaku dan habitus ke depan. Orang yang mendapatkan ganjaran atas perilakunya, akan merasa dibesarkan hatinya  untuk lebih berkomitmen dan membangun loyalitas diri.
Sebaliknya, perilaku yang mendapat hukuman akan memberikan stagnasi dalam berbagai aspek dan ada kecenderungan untuk menghambat dalam perkembangannya. Tak jarang hukuman akan menumbuhkan rasa apatis dan kontraproduksi sehingga mengakibatkan rendahnya komitmen dan taka da militansi untuk berjuang. Thorndyke bukan berarti anti hukuman dalam sebuah dinamika hidup bersama, namun Hukum Pengaruh memberika kesadaran dan wawasan bahwa efek antara ganjaran dan hukuman ternyata memiliki pengaruh yang begitu besar. Sebuah bawaan alamiah, bahwa manusia mudah melihat yang negatif atau salah dari orang lain, sebaliknya sulit untuk memuji dan memberikan penghargaan pada kebaikan dan keberhasilan orang lain.
Dalam bukunya Developing the Leaders Around You, John C. Maxwell memberikan pilihan dalam memperlakukan orang-orang di dalam komunitasnya, yakni dengan fokus memberikan ganjaran atas perilaku-perilaku mereka. Maxwell menyebutnya dengan Program RISE, yakni Reward (ganjaran), Indicating (menunjukkan), Staff (staf), dan Expectations (harapan). Secara ringkas, Maxwell memutuskan untuk memberikan ganjaran pada anggota stafnya untuk menunjukkan bahwa mereka telah memenuhi atau melampui harapan.
Sikap-sikap positif justru menjadi fokus dan dikembangkan oleh Maxwell sehingga menumbuhkembangkan loyalitas, pertumbuhan kepribadian, adanya kepemimpinan diri, kreativitas, dan militansi dalam bekerja. Pujian dan penghargaan diterapkan tidak hanya pada hal-hal yang besar namun juga hal-hal yang kecil sehingga kesantunan dan etika kerja menjadi sebuah karakter yang menjadi habitus. Memandang manusia lain sebagai manusia yang layak dihargai menjadi roh yang dikembangkan sehingga orang menjadi nyaman dan dihargai. Sikap positif ini perlahan-lahan namun pasti menjadi dinamika humanisme yang mengembangkan setiap pribadi di dalamnya.
Sikap positif, penghargaan (ganjaran), dan situasi yang kondusif pada akhirnya menjadi sebuah ikatan batin antar pribadi yang melegakan jiwa sekaligus menumbuhkan kebersamaan yang membahagiakan dan bermakna. Ikatan batin ini menjadi kekuatan yang ampuh dalam mencapai tujuan (goal) bersama dalam keadaan suka maupun duka. Ikatan batin ini pula yang melahirkan loyalitas dan totalitas, siap berjuang untuk orang lain dan komunitas. Lebih dari itu, ikatan batin ini membiasakan setiap pribadi siap berbagi (sharing) dalam empati dan simpati. Hidup senantiasa semakin indah dan bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H