Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi tentang Sikap Positif: Semua Berawal dari Dalam Diri

8 Mei 2023   08:40 Diperbarui: 8 Mei 2023   08:36 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi diambil dari: spoonuniversity.com

Hidup berangkat dari dalam diri, dari sanalah cerminan dan realitas kehidupan setiap pribadi akan menjadi nyata. Baik dan buruknya kehidupan, terlukis awal dan bermula dari cara berpikir, cara berasa, dan cara bertindak setiap pribadi. Hidup menjadi sebuah habitus.

John C. Maxwell dalam The Maxwell Daily Reader menuliskan kata-kata inspiratif yang mengerakkan jiwa, "Orang yang paling berbahagia di dunia ini tidak harus memiliki yang terbaik dari segala sesuatu. Mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari segala sesuatu". Dedikasi diri dalam loyalitas dan totalitas menjadi penekanan yang hebat oleh Maxwell dalam menata dan meniti hidup ini, melakukan yang terbaik atas segala dinamika hidup yang ada. Hasil senantiasa akan mengikuti proses yang begitu baik, semesta dan Sang Pencipta mengatur segalanya.

Kekuatan dari dalam diri merupakan roh yang menyegarkan jiwa dan raga, yang mengerakkan hati dan budi, dan menguatkan setiap jejak langkah. Seperti orang yang berada di desa terpencil yang harus pergi ke sebuah sumur setiap hari mengambil air dan berkata, "Setiap kali saya datang ke sumur ini, saya pergi dengan ember yang terisi air penuh". Ini adalah sebuah pikiran dan semangat positif yang ditumbuhkan di dalam diri sehingga selalu setia dan tekun dengan pekerjaan itu. Lain halnya, jika yang dikatakan, "Saya tidak habis pikir, kenapa saya harus terus kembali ke sumur ini untuk mengisi ember ini?" Keluh kesah dan gerutu mengiringi pekerjaannya, tidak ada kebahagiaan dan semangat dalam karya, tidak ada harapan dan makna di balik semua itu.

Ketika seorang wartawan bertanya kepada John D. Rockefeller, milyuner, tentang kekayaan dan kepuasaan. Dengan ringkas Rockefeller menyatakan bahwa kepuasaan berasal dari memiliki sikap yang positif. "Mengharapkan yang terbaik dalam segala sesuatu, bukan yang terburuk." Di sini ada dedikasi dan optimisme untuk berjuang mengusahakan yang terbaik. "Tetap upbeat (penuh semangat), meskipun ketika Anda baru beat up (dalam kondisi buruk). Melihat solusi dalam setiap masalah, bukan masalah dalam setiap solusi." Semangat dan konsistensi dalam solusi menjadi sebuah senjata yang ampuh dalam menjalani lika-liku hidup, naik dan turunnya kehidupan.

Sangat jelaslah bahwa sebuah sikap positif dari dalam diri akan menjadi benih yang bertumbuh kembang dan pada akhirnya berbuah keberhasilan dan kepuasaan yang menjadikan hidup ini berguna dan bermakna bagi diri dan sesama. Keadaan dan kondisi di luar diri akan berubah begitu cepat dalam hitungan detik, pastinya semua itu di luar kendali diri dan pastinya kita tidak perlu mengendalikan semua itu karena justru akan menghadirkan frustasi dan kekacauan tersendiri dalam hidup pribadi. Sebaliknya, sikap positif dalam diri justru yang akan melahirkan kekuatan dan haraapan atas segala perubahan itu.

Dalam bukunya The Difference Maker, Maxwell menegaskan, "Sikap sesorang memiliki pengaruh teramat besar pada pendekatannya terhadap kehidupan, bagaimana pribadi memandang dan menjalani hidup itu sendiri". Cara pandang dan bersikap menjadi pintu utama dalam melaksanakan segala dinamika hidup dan menggapai cita-cita dalam hidup. Inilah pembeda utama dalam memaknai kehidupan, bukan sibuk merespon penilaian dan kata-kata orang tentang kita, namun bersibuklah dengan men-setting diri pada hal-hal positif.

Semuanya berawal dari hati dan budi pribadi. Pelatih yang hebat akan selalu mempertimbangkan dan mengkondisikan segala sikap dan mental dirinya dan pemainnya menjelang pertandingan, ada optimisme dan harapan pada kemenangan. Begitupula dalam pembelajaran di kelas-kelas, keberhasilan belajar bukan semata-mata kehebatan sang guru dalam menyampaikan materi, justru ada yang lebih menentukan, yakni sikap batin dan cara pandang guru dan murid tentang esensi belajar, yakni sikap positi dan pikiran luas bahwa keduanya saling belajar tentang kehidupan dan segala maknanya.

Sebuah keyakinan bahwa kehidupan sering memberi apapun yang kita harapkan darinya. Ketika kita menantikan dan memikirkan hal-hal buruk, itulah yang akan terjadi. Sebaliknya tatkala mengharapkan hal-hal yang baik, itu pula yang nyata hadir sebagai realita. Akhirnya, sikap positif sudah seharusnya menjadi habitus baik setiap hari untuk melahirkan hal-hal baik dalam hidup ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun