Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi tentang Pertemanan, Membangun Kesatuan Hati dan Budi

5 April 2023   09:17 Diperbarui: 5 April 2023   10:02 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada manusia yang mampu hidup sendiri. Pertemanan adalah sebuah kebutuhan pokok manusia untuk menjadikan hidupnya benar-benar hidup. Pertemanan sejati senantiasa membawa hati dan budi pada sebuah kolaborasi pribadi yang menggerakkan komitmen bersama pada realita dan makna.

Presiden Abraham Lincoln berkata, "Jika Anda ingin mempengaruhi orang lain, pertama Anda harus meyakinkannya terlebih dahulu bahwa Anda adalah sungguh-sungguh temannya". Pertemanan senantiasa adalah relasi baik dan positif dalam berbagi empati dan simpati sehingga ada daya upaya untuk saling berbela rasa dan sekaligus berbela pikiran sehingga ada kemauan satu sama lain  untuk selalu berkomunikasi, memahami, dan berkomitmen pada keselarasan asa dan rasa. Dalam sebuah komunitas bersama, pertemanan menjadi sebuah gerak langkah bersama yang penting sehingga memapu menciptakan suasana guyub dan rukun untuk tujuan bersama.

Tak ada resep yang mujarab dalam hidup bersama, baik dalam keluarga, tim, komunitas tertentu, lembaga, perusahaan, kantor, lingkungan, apapun itu, selain menciptakan komunikasi yang baik. Masing-masing pribadi boleh saja memiliki kemampuan yang hebat namun tatkala masing-masing pribadi tersebut melakukannya sendiri-sendiri maka pada waktunya akan patah juga tujuan yang akan dicapai. Kebersamaan, keselarasan, dan tanggung jawab senantiasa menjadi satu kesatuan dalam komunikasi untuk menciptakan gerak langkah yang optimal dalam mencapai tujuan.

Theodore Roosevelt pernah menegaskan terkait hal itu, "Bahan dasar paling penting dalam resep kesuksesan adalah mengetahui bagaimana cara berhubungan baik dengan orang lain". 

Tanpa hal itu, sebagian besar pencapaian tidak memungkinkan, dan bahkan apa yang benar-benar kita capai bisa terasa kosong. Pertemanan dalam kehidupan sungguh-sungguh menjadi sebuah kebutuhan vital untuk menjadikan diri sukses secara pribadi maupun sukses secara relasi sehingga segala sesuatu dapa menjadi sebuah sinergisitas yang mendalam.

Dalam pertemanan ada sebuah kesatuan hati dan budi yang perlahan-lahan dan berkesinambungan diolah dan dibangun menjadi jejaring bersama sehingga memudahkan dalam banyak hal ketika menghadapi berbagai tantangan atau masalah dalam hidup. 

Pertemanan sejati menempatkan hubungan satu sama lain dalam koridor penghargaan (respect) yang sejati, menghargai satu sama lain sebagai pribadi yang unik dan siap berkolaborasi dalam keragaman. Masalah dan rintangan atau bahkan tantangan sangat mungkin terjadi, namun ketika ada relasi pertemanan yang sejati, semua itu dapat dijalani dan diselesaikan dengan tenang, bersama, dan sepenuh hati.

Aristoteles pernah mengungkapkan, "Teman sejati adalah tempat berlindung yang pasti". Pertemanan dapat menjadi tempat atau media berbagi keluh kesah dalam kesulitan sehingga satu sama lain bersimpati dan mulai membangun solusi. 

Pertemanan juga sangat mungkin menjadi tempat untuk berbagi kegembiraan dan keberhasilan sehingga ada euforia bersama dalam rasa syukur. Ketika dalam proses merencanakan langkah ke depan untuk tujuan pribadi maupun bersama, teman dapat menjadi tempat untuk peneguhan dan penguhan hati dan pikiran sehingga siap melangkah dengan mantap.

Jelaslah pertemanan sejati mampu membangun kesatuan hati dan budi dalam segala situasi sehingga ada harapan yang cerah untuk kehidupan ke depan. Pianis jenaka, Victor Borge, menyentil dengan sederhana tentang pertemanan, "Tawa adalah jarak terdekat antara dua orang atau lebih". Humor yang menimbulkan tawa senantiasa menjadi pemicu yang baik untuk membangun pertemanan. Jangan lupa tertawa, mari belajar humor tanpa harus menyakiti. Pertemanan sejati dalam kesatuan hati dan budi senantiasa bisa tertawa bersama sebagai selebrasi relasi yang penuh makna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun