Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Refleksi Aksi: Memaknai Kegagalan, Membangun Langkah

30 Maret 2023   08:05 Diperbarui: 4 April 2023   19:30 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tangga sukses dan gagal. (sumber: SHUTTERSTOCK/DIMJ via kompas.com)

Illustrasi dari: www.anbfc.bank
Illustrasi dari: www.anbfc.bank

Air dingin yang disemprotkan menjadi penghalang bagi kera itu untuk mendapatkan pisang. Menyerah menjadi pilihan bagi para kera sehingga tidak memilih untuk mendapatkan makanan walau sebenarnya sangat lapar. 

Putus asa dan menyerah menjadi pilihan. Terkadang dalam kehidupan manusia pun, tak jarang banyak orang memilih menyerah atas segala sesuatu yang sedang diperjuangkan karena adanya halangan, gangguan, atapun tantangan yang dirasa sulit untuk dilewati. 

Gagal menjadi pilihan hidup bagi mereka yang enggan untuk berjuang lebih keras, melebih batas kenormalan.

Kelanjutan penelitian Hamel dan Prahalad dengan kera sangat unik. Ketika peneliti mengganti satu kera di ruangan itu dengan satu kera baru, kera tersebut langsung memanjat untuk mendapatkan pisang namun segera disambar oleh tiga kera lain untuk turun. 

Setiap kali kera yang baru mencoba memanjat, selalu ditarik turun hingga akhirnya kera tersebut juga menyerah. Bahkan, ketika kera baru yang lain dimasukkan menggantikan kera yang lama, terjadi hal yang sama, ditarik dan akhirnya menyerah. 

Sampai pada akhirnya, ruangan itu diisi oleh kera yang tidak pernah mendapat semprotan air dingin, namun tak seekorpun mau memanjat walau tidak tahu alasannya.

Kegagalan dan keputusasaan mudah sekali menular dalam kehidupan ini. Energi negatif dari orang lain seringkali merasuk dalam diri dan mempengaruhi diri sehingga memperlemah militansi untuk berjuang dan bertekun dalam hidup. 

Celakanya, banyak orang gagal namun tidak pernah tahu alasannya gagal dan tidak mau menemukan alasan untuk bangkit. Sejatinya, kegagalan adalah pembelajaran hidup yang bermakna untuk bangkit dan memulai langkah baru untuk keberhasilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun