Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar: Belajar Edupreneurship untuk Kehidupan, Bukan demi Angka

23 November 2022   14:04 Diperbarui: 23 November 2022   14:04 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi. www.inc.com/quora

Para miliarder bekerja sepenuh hati, namun orang biasa bekerja demi uang.

Banyak orang sekolah demi mendapatkan nilai (skor/angka) yang baik sehingga merasakan yang namanya prestasi dengan memperoleh peringkat bergengsi tertentu. Banyak orang bangga karena mampu memperoleh skor tertinggi atau sempurna dalam segala tes di sekolah seolah-olah mereka sudah mempelajari segala hal dengan sempurna dan yakin akan sukses di kemdian hari. Banyak orang mengejar skor bergengsi dengan berbagai cara walapun harus mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, kesempatan, bahkan harga diri.

Non Scholae sed Vitae Discimus, belajar bukan hanya untuk mengejar nilai (skor/angka) namun lebih dari itu belajar sejatinya untuk hidup dan dalam hidup itu sendiri. Berangkat dari semangat ini, sesungguhnya ada yang lebih esensi dari belajar, yakni belajar tentang kehidupan dan untuk memaknai hidup itu sendiri. Maka, belajar di sekolah bukanlah tentang transfer ilmu dan lulus dalam tes, namun belajar di sekolah adalah sebuah kesempatan untuk menggali dan merajut nilai-nilai kehidupan (life values) dalam setiap dinamika belajar sehingga pada waktunya mampu memaknainya dalam konteks kehidupan nyata.

Edupreneurship dalam konteks merdeka belajar bagi setiap pribadi dalam ruang lingkup pendidikan kehidupan merupakan agenda besar dan bermakna bagi sekolah-sekolah untuk menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan dalam konteks, pengalaman, dan refleksi diri yang bersiklus dalam komitmen diri untuk kemanusiaan dan keluhuran dunia. Alangkah indahnya dunia pendidikan tatkala segala dinamika di dalamnya mengarah pada kegembiraan belajar dan kebermaknaan hidup, bukan pada target-target angka yang harus dicapai demi memperoleh predikat anak berprestasi, guru tajir, atau sekolah favorit.

Edupreneurship menjejakkan langkah setiap esensi pendidikan pada sebuah kenyataan bahwa pendidikan bukanlah sebuah kompetisi yang berujung pada hasil menang dan kalah, namun pendidikan sejatinya memberikan semangat komparasi satu sama lain dalam sebuah bingkai kebermaknaan yang sinergis dan kolaboratif satu sama lain untuk memperkuat karakter diri, komunitas, dan dunia. Biarlah anak-anak belajar dengan akal budi yang penuh inspirasi dan eksplorasi tanpa harus dibebani dan dibatasi oleh target-target materi yang mengkerdilkan. Biarlah anak-anak belajar dengan hati yang penuh kegembiraan dan semangat untuk mengolah talenta dan menggapai makna dalam setiap langkahnya.

Dunia sudah berubah dari masa ke masa, maka saatnya sekolah dan dunia pendidikan mengiringi perubahan itu dalam paradigma dan desain operasionalnya sehingga anak-anak tidak jatuh pada kontradiksi antara dunia nyata dan dunia pendidikan. Dunia sudah menembus batas ruang dan waktu dengan segala orientasi dan sinerginya dalam berbagai aspek kehidupan, maka sudah waktunya dunia pendidikan menembus tembok kelas dan buku ajar untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak berkembang dan belajar dalam kenyataan hidup sesungguhnya.

Sebuah imajinasi sekaligus harapan, bahwa sekolah menjadi tempat yang begitu mengasyikkan dan penuh makna dalam menghidupi hidup dan memaknai kemajuan dunia. Sebuah rintisan kesatuan hati dan budi, bahwa sekolah bisa menjadi sumber kebahagiaan dan antusiasme anak-anak setiap hari sehingga belajar bukan lagi tentang menguasai materi dan mendapat angka yang baik namun belajar menjadi sebuah kebutuhan dasar untuk membahagiakan diri dalam kebermaknaan untuk sesama dan semesta.

Pada akhirnya, memaknai belajar dan menegakkan esensi sekolah merupakan sebuah target zaman modern ini sehingga tidak lagi mengusung paradigma dan pedagogi lama yang terkadang sudah usang dalam teori dan lembaran buku yang semakin menua. Sekolah senantiasa menjadi sekolah kehidupan yang menghidupkan hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun