Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar: Entrepreneurship dan Pendidikan Bersinergi dalam Tujuan

8 November 2022   19:30 Diperbarui: 8 November 2022   19:30 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para miliarder selalu digerakkan oleh tujuan utama, namun orang biasa digerakkan oleh hal-hal yang membuat hidupnya terdesak.

Berangkat dari sebuah pernyataan dari Thomas Carlyle bahwa manusia tanpa tujuan ibarat sebuah kapal tanpa kemudi, maka akan terombang-ambing, terlantar, sia-sia, dan bukan siapa-siapa. 

Hal ini ingin menekankan betapa perntingnya tujuan dalam hidup untuk menjadi sarana mengarahkan, memantapkan, dan menggerakkan dengan tepat setiap langkah dalam kehidupan. 

Rutinitas dari pagi hingga pagi lagi setiap harinya akan menjadi sebuah pengalaman tanpa makna karena semua berjalan secara sporadis tanpa kemantapan diri untuk meraih yang terbaik.

Entrepreneurship sangat lekat dengan tujuan (goal) atau impian (impian) dalam mengusahakan dan mengembangkan usahanya secara kreatif dan inovatif. Segala daya upaya mengarah pada tercapainya tujuan usaha dengan dukungan ketekunan, kesabaran, militansi, dan pastinya daya kreativitas. 

Melakukan hal-hal biasa dengan cara luar biasa seringkali menjadi model yang ampuh dalam dunia entrepreneurship sehingga menjadikan banyak orang sebagai entrepreneur sukses. Sebagian besar orang sukses, sesungguhnya tidak datang tiba-tiba namun ada proses panjang yang didesain dengan matang.

Pendidikan tidak jauh berbeda, karena tujuan pendidikan ataupun tujuan pembelajaran dalam tataran praktis sejatinya harus memiliki tujuan yang jelas, kontekstual, dan terukur.

Bahkan lebih dari itu, pendidikan sejatinya memiliki paradigma reflektif sebagai sebuah siklus pemaknaan dan pembaharuan atas segala proses yang terjadi sehingga aspek-aspek humanisme benar-benar tersentuh dan tertuang dalam implementasi dan internalisasi.

Sinergi pendidikan dan entrepreneurship akan menjadikan sebuah desain pendidikan yang sinergis sekaligus kontekstual karena pendidikan tidak bisa dilepaskan dari konteks zaman sekarang. 

Sekolah bukanlah bagian terpisah dari perkembangan dunia dengan segala dinamikanya. Sekolah merupakan satu kesatuan yang terkolaborasi dengan sinergis dengan konteks zaman sehingga anak-anak sungguh-sungguh belajar tentang kehidupan dan dalam kehidupan itu sendiri. Dan pastinya, sinergi pendidikan dan entrepreneurship berfokus pada tujuan yang direncanakan dan selalu disesuaikan dengan prosesnya.

Segala pengalaman belajar di sekolah sudah waktunya berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan mempertimbangkan konteks dan kebutuhan anak didik. 

Belajar di sekolah bukanlah sebuah formalitas demi ijazah dan berhasil dalam berbagai tes materi dengan skor yang baik. Edupreneurship mendorong dan mengarahkan anak-anak belajar secara kontekstual dan bermakna sehingga mereka mampu mengendalikan diri dalam hidup nyata yang penuh tantangan dan rintangan.

Tatkala anak belajar Ilmu Pengetahuan Alam, maka menjadi sebuah kearifan pengetahuan ketika mereka mampu secara kritis dan inovatif membuat berbagai alat, instrumen, ataupun mini proyek yang mampu mengendalikan berbagai gejala alam dan kebutuhan manusia. 

Tatkala anak belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, maka menjadi sebuah kekaguman intelektual ketika mereka mampu melakukan kolaborasi teknologi untuk analisis sosial, pengendalian sosial, bahkan menciptakan alat atau aplikasi untuk kontrol sosial.

Pada akhirnya, edupreneurship benar-benar mendorong sekolah dengan semangat dan inovatif pada kebutuhan nyata manusia sesuai konteks zaman. Kemampuan analisis, daya kritis, dan upaya inovatif sejatinya menjadi pondasi sekaligus pilar kuat dalam membentuk dan mengembangkan karakter manusia yang militan dan sinergis. Dengan demikian, manusia sudah seharusnya menjadi manusia humanis untuk manusia yang lain dalam keutamaan menciptakan sisi-sisi kemanusiaan yang reflektif dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun