Beberapa buku harian yang menumpuk di rak pojok kamar sang guru menjadi catatan sejarah tersindiri akan hidup sang guru. Bab demi bab kehidupan sang guru menjadi jilid tersendiri dalam hidupnya. Keceriaan dan semangat itu coba ditularkan pada anak-anak didiknya.
Sebuah kesadaran telah tumbuh dari tulisan-tulisan. Kita bisa mengenang dan belajar akan jalan hidup kita. Kita bisa memaknai hidup kita, baik suka maupun duka. Yang pada akhirnya membawa manusia pada sebuah tahap kesadaran akan eksistensinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hidup ini adalah anugerah dan hidup ini mesti dimaknai.
Sang guru telah belajar tentang hidup dan akan terus belajar tanpa henti. Tulisan yang selalu dia goreskan dalam buku hariannya telah membawa dia pada kesadaran untuk membagikan makna hidup ini pada orang lain, kususnya pada anak didik.Â
Dengan senyum dan semangatnya, sang guru selalu mengajak anak-anak untuk menulis dan menjadikannya sebuah kebiasaan.
Menulis sebagai Pembelajaran
Setiap kali pelajaran bersama sang guru, anak-anak selalu diminta untuk menuliskan refleksi mereka atas apa yang sudah mereka pelajari sepanjang setengah sampai satu halaman.Â
Tampaknya sang guru tidak ingin apa yang sudah dipelajari dan dilakukan anak-anak hanya menjadi sebuah urutan waktu belaka yang akan hilang begitu saja ditelan kesibukan hidup. Dua pertanyaan selalu dilontarkan oleh sang guru untuk membantu tulisan refleksi anak-anak.
 Apa yang sudah kamu lakukan selama proses pembelajaran? Dan, nilai-nilai hidup apa yang kamu dapat dari proses itu semua?
Dengan menulis refleksi itu, anak-anak seperti dibawa ke alam keheningan untuk menggapai "mutiara" hidup yang sebenarnya begitu banyak dan melimpah.Â
Anak-anak pun dihantar pada sebuah pembelajaran yang nyaman dan rileks sehingga jauh dari kekhawatiran dan kefrustasian. Ini bukan tes sehingga tidak ada yang benar dan yang salah.
Tulisan itu pun menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagi sang guru tatkala membacanya. Refleksi-refleksi mereka ada yang begitu dalam, ada juga yang masih sangat dangkal. Tetapi sang guru dengan sabar, memberi feedback di tulisan itu untuk menyemangati anak-anak berefleksi lebih dalam.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!