Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Humanis (12): Menulis di Media, Antusiasnya Pembelajaran

11 September 2021   04:05 Diperbarui: 11 September 2021   04:08 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku #The_Educatorship, 2016.

Sang guru yunior pun masih tampak bingung dan tidak percaya dengan semuanya itu. Ketika sang guru senior menunjukkan koran hari itu, kelas pun serasa larut dalam euforia keberhasilan sang guru yunior sehingga teman-teman sekelas berhamburan menuju sang guru yunior dan memberi selamat serta tepuk tangan meriah. Itulah hari yang tak akan pernah dilupakan oleh sang guru, hari di mana Tuhan melakukan rencana-Nya yang tidak bisa ditebak oleh manusia mana pun. Setelah hari itulah, sang guru mulai mencintai menulis hingga hari ini.

Menulis benar-benar sebuah perjuangan. Kegagalan dalam menulis adalah bumbu dari perjuangan itu. Dari kegagalan itulah lahir sebuah kegigihan untuk berjuang. Menulis juga telah mengubah jalan hidup sang guru yunior. Dia seperti menemukan kepercayaan diri dan talentanya.

Ayo Menulis

Sang guru pun tiba-tiba tersadar dan dengan cepat meninggalkan kenangan masa lalu itu. Kini sang guru telah berada kembali di waktu terkini saat dia sedang bersantai di hari minggu itu. Sembari membereskan buku dan berkas yang ada, sang guru tampak tersenyum kecil teringat waktu-waktu menjadi siswa dengan segala perjuangannya.

Kenangan itu mendorong sang guru mengenang perjuangan para siswanya yang juga berjuang untuk menulis di media. Sang guru pun bergegas mengambil kumpulan tulisan siswanya yang dimuat di media. Tulisan-tulisan itu buah dari seruan sang guru di kelas untuk mengajak para siswa untuk mencoba menulis di media. "Ayo menulis", begitulah ajakan sang guru setiap kali belajar dengan para siswa. Sang guru selalu mengatakan kepada anak-anak bahwa mereka lebih hebat dari sang guru.

Akhirnya terbukti juga, tidak membutuhkan kegagalan sampai belasan kali ada beberapa siswa mampu menulis opini di media massa. Senyum bangga dan gembira sang guru pun selalu mengembang seiring senyum anak-anak itu. Sang guru mencoba menghargai berbagai tulisan anak-anak di media seperti surat pembaca, opini, cerpen, atau puisi dengan memberi skor bonus dan tentunya pujian langsung.

Anak-anak pun seperti menemukan kesempatan dan peluang untuk berkembang tatkala menulis di media massa juga diakomodasi oleh sang guru. Anak-anak pun mendapat pembelajaran yang menarik dan menantang. Nilai-nilai kehidupan pun nyata dalam perjuangan mereka untuk menulis. Sebuah kesadaran dibangun bahwa belajar bukan hanya di sekolah tetapi belajar bisa di mana pun, kapan pun, dengan siapa pun dan dengan apa pun.

Sang guru pun tersenyum bangga dengan tulisan-tulisan anak-anak itu dan juga akan perjuangan mereka. Dan dalam hatinya terdalam, dia mengatakan bahwa anak-anak itu jauh lebih hebat dari dirinya. Rasa optimis pun mengalir dalam diri sang guru bahwa masih ada harapan besar dari pendidikan. Ibu pertiwi pun boleh berharap pada anak-anak bangsa itu.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
@ Pendidikan Humanis: diambil dari sebuah buku yang berjudul #The_Educatorship, Seni Memanusiakan Wajah Pendidikan, yang ditulis oleh FX Aris Wahyu Prasetyo, 2016, PT Kanisius, Yogyakarta. Nilai-nilai humanis yang sangat kental dalam kisah-kisah yang tertuang dalam buku ini patut untuk dibagikan ulang sebagai inspirasi dan motivasi mengembangkan pendidikan dewasa ini. Pendidikan sejatinya memanusiakan manusia menuju taraf insani, maka mari mengembangkan humanisme dalam dunia pendidikan secara kontekstual, bermakna, dan reflektif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun