Konfusius berkata: "Jangan mengajar orang yang sudah matang: sia-sialah bagi orangnya. Jangan mengajar orang yang tidak matang: sia-sialah kata-katanya."
Menjadi bijaksana dalam kehidupan adalah sebuah pilihan untuk berproses dalam segala pembelajaran hidup yang mengkolaborasikan segala aspek kehidupan, seperti diri sendiri, sesama, semesta, keheningan, dan Sang Ilahi. Bukanlah sebuah pengalaman sekejap dalam hitungan jam maupun hari, namun menjadi bijaksana adalah sebuah proses panjang membangun kebiasaan baik dalam ketekunan dan kebenaran yang selalu mengendapkan nilai-nilai kehidupan sebagai mutiara berharga dalam hidup.
Kakua adalah orang Jepang pertama yang belajar Zen di negara Cina. Ia samasekali tidak pernah bepergian. Ia hanya bermeditasi tanpa henti. Jika orang sekali waktu berhasil berjumpa dengannya dan memintanya untuk mengajar, ia akan mengucapkan beberapa patah kata, kemudian pindah ke bagian hutan yang lain, sehingga ia semakin sulit ditemukan.
Ketika Kakua kembali ke negeri Jepang, Tenno mendengar tentang dia dan memintanya mengajarkan Zen demi kepentingan dirinya dan seluruh isi istana. Kakua berdiri di hadapan Tenno tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Lalu, ia mengeluarkan sebatang seruling dari lipatan jubahnya dan meniup sebuah nada yang pendek sekali. Ia membungkuk dalam kepada Tenno dan menghilang.
kesibukan manusia setiap hari dari pagi hingga malam, terkadang melupakan satu hal di tengah-tengah dinamika kehidupan itu, yakni meluangkan waktu untuk menyendiri dalam keheningan jiwa sehingga ada kesempatan sejenak ataupun beberapa lama untuk mengoreksi batin dan mengendapkan segala pengalaman dalam pemaknaan diri. Ketika orang jatuh pada rutinitas, seringkali ada kegersangan dalam hidup yang menjadikan segalanya berjalan begitu saja, layaknya sebuah mesin saja.
DalamMari menjadi bijaksana dalam hidup ini, pada diri kita sendiri, pada sesama, dan pada semesta. Hidup ini adalah sebuah proses yang sesungguhnya tak ada kesia-siaan tatkala pribadi selalu meluangkan kesempatan membangun habitus baik memaknai hidup ini.Â
Tentunya saat ini dan di sini, kita masih dalam proses mengembangkan kebijaksanaan diri, belum pada posisi menjadi: orang yang sudah matang atau orang yang tidak matang, sehingga segala sesuatu masih mungkin menjadi makna dalam kehidupan ini, bukan kesia-siaan. Kita tak perlu mencari Kakua di segala penjuru dunia, karena "kakua" sudah ada dalam diri kita masing-masing. Mari buka mata, buka budi, dan buka hati.Â
Saatnya untuk kembali ke kandang, diri kita masing-masing, untuk melihat kembali ke dalam diri kita masing-masing, sudahkah membangun habitus diri menuju pada kebijaksanaan hidup dalam pikiran, perasaan, dan tindakan?Â
Pengalaman hidup dalam setiap langkah kehidupan pada akhirnya akan menjadi peristiwa yang terlupakan begitu saja. Mari mengusahakan kesempatan untuk mengendapkannya dan menemukan makna atas segala pengalaman itu.
Kembali ke Kandang, adalah sebuah permenungan hidup di malam hari menjelang menuju pembaringan jiwa dan raga setelah seharian merangkai kisah kehidupan lewat segala dinamika yang ada.Â
@Terinspirasi dari buku "Burung Berkicau" karya Anthony de Mello SJ (1984, Yayasan Cipta Loka Caraka), renungan malam dalam bingkai "Kembali ke Kandang" ini mencoba memaknai hidup yang penuh makna ini sehingga hidup menjadi lebih hidup lewat kutipan kisah penuh makna dari Anthony de Mello.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H