Sang guru mesti mencermati beberapa aspek dalam ujian model ini, seperti bagaimana anak membuat soal, bagaimana jawaban anak, dan bagaimana anak menilai temannya. Ketiga aspek itu menjadi sebuah kesadaran sang guru untuk sungguh-sungguh dilakukan dalam penilaian.
Dengan demikian dalam ulangan ini anak-anak tidak hanya dinilai bagaimana mereka menjawab soal belaka. Penilaian model itulah yang sering terjadi sehingga hanya berfokus pada jawaban anak yang senantiasa hanya menekankan aspek kognitif belaka. Dengan model ulangan sang guru, penilaian itu bisa melihat aspek kognitif dari jawaban dan pertanyaan yang dibuat anak dan juga aspek perilaku dari bagaimana tanggung jawab anak dalam melakukan penilaian dengan feedback-nya.
Proses ulangan model ini telah menjadi pembelajaran bagi sang guru untuk sabar dan bertekun dalam melakukan penilaian proses atas apa yang dilakukan anak-anak. Sang guru benar-benar ingin menempatkan kelas sebagai sebuah pembelajaran bersama antara anak-anak dan sang guru sendiri. Belajar sepanjang hayat (long life learning) coba ditekankan dan diimplementasikan oleh sang guru dan sekaligus mendorong anak-anak untuk selalu belajar, bukan demi skor (angka) tapi belajar demi hidup itu sendiri. Non Scholae Sed Vitae Discimus, begitulah dalam bahasa Latinnya.
Saatnya ibu pertiwi tersenyum melihat pembelajaran dalam ujian model ini. Dan pada akhirnya, anak-anak bangsa ini boleh merasakan sebuah pembelajaran yang  sungguh-sungguh belajar, bukan hanya sekedar perburuan angka-angka lewat mekanisme ujian-ujian yang menyeramkan. Semoga.
Pendidikan Humanis: diambil dari sebuah buku yang berjudul #The_Educatorship, Seni Memanusiakan Wajah Pendidikan, yang ditulis oleh FX Aris Wahyu Prasetyo, 2016, PT Kanisius, Yogyakarta. Nilai-nilai humanis yang sangat kental dalam kisah-kisah yang tertuang dalam buku ini patut untuk dibagikan ulang sebagai inspirasi dan motivasi mengembangkan pendidikan dewasa ini. Pendidikan sejatinya memanusiakan manusia menuju taraf insani, maka mari mengembangkan humanisme dalam dunia pendidikan secara kontekstual, bermakna, dan reflektif.Â
@Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI