Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (54): Belajar di Sekolah Kehidupan yang Begitu Kontekstual dan Bermakna

19 Agustus 2021   04:05 Diperbarui: 19 Agustus 2021   04:05 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecewa adalah harga yang harus dibayar seseorang karena menentukan sasarannya di tempat yang tidak mungkin dicapai. (Graham Greene)

Kecewa menjadi salah satu rasa di hati yang muncul mengubah arah langkah untuk sementara waktu dalam sebuah perhentian untuk merasakan pergerakan budi dan hati. Ada rasa yang mengganjal tatkala sesuatu yang diharapkan, direncanakan, dan diusahakan belum bisa tercapai sehingga menjadikan diri pada posisi mengolah rasa untuk menemukan kelegaan hati dan menata pikiran untuk menemukan kelancaran ide melangkah ke depan. 

Marah, jengkel, terdiam, meledak-ledak, frustasi, dan berbagai rasa akan berkecamuk menandai diri. Bahkan bingung, buntu, gelap, tidak ada ide, dan segala pikiran di budi pun memberi warna yang sulit ditebak mulai dan berhentinya.

Hidup senantiasa memiliki tujuan dalam setiap gambaran dan persepsi pikiran manusia yang dibalut dalam hati yang menggelora untuk menggapainya. Tujuan-tujuan dalam hidup menjadikan manusia memiliki arah sekaligus kekuatan untuk menata diri dan menggerakkan diri pada setiap langkah dan hembusan nafas kehidupan. 

Hidup tanpa tujuan pastinya pribadi-pribadi itu akan terombang-ambing dalam dinamika kehidupan yang begitu deras mengalir ke segala arah. Tujuan hidup sejatinya memberikan pegangan sekaligus kekuatan untuk terus mengalir dalam kehidupan ini tanpa harus tenggelam, hanyut, ataupun terperosok ke jurang yang gelap.

Illustrasi. www.lifehack.org
Illustrasi. www.lifehack.org
Tujuan hidup juga sesungguhnya dibangun dalam konteks kehidupan yang realistis, yang sesuai dengan keadaan diri dan lingkungan sekitarnya. Tujuan hidup yang terlampau tinggi atau pun begitu jauh dari realita diri memungkinkan untuk berhenti sejenak di tengah jalan, sehingga rasa kecewa ataupun putus asa pada kehidupan ini pun menjadi nyata terjadi. 

Bukan salah kehidupan, bukan pula salah diri juga, tetapi justru kenyataan yang memberikan rasa kecewa hendaknya dipandang sebagai kesempatan untuk belajar dan belajar lagi tentang uniknya kehidupan ini. Diri dan kehidupan adalah mitra belajar yang tak akan pernah berhenti selama keduanya ada dalam lingkaran dinamika kehidupan ini.

Rasa kecewa hendaknya tidak memberikan hukuman pada diri bahwa pribadi telah gagal total dan tidak mampu menggapai tujuan hidup. Biarlah pribadi tetaplah berharga dan berpotensi sehingga tidak menjatuhkan vonis hukuman sebagai ketidakberdayaan dan ketidakmampuan diri. 

Rasa kecewa senantiasa menjadi pelecut terbaik untuk bangkit dan melangkah lagi menata diri dan mengurai kehidupan dalam kematangan budi dan hati dengan penyertaan kekuatan Sang Ilahi. Tujuan yang tercapai hendaknya menjadi materi pembelajaran dalam sekolah kehidupan ini sehingga pribadi siap membuka kembali buku-buku kehidupan dan belajar dari siapapun, apapun, dan kapanpun.

Illustrasi. www.oyetimes.com
Illustrasi. www.oyetimes.com
Kehidupan sebagai sekolah, senantiasa memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap manusia untuk belajar dan belajar mengurai makna dan nilai-nilai kehidupan yang selalu memberika semangat untuk menghidupi hidup ini. Oleh karena itu, kecewa dan segala rasa dalam mencapai tujuan hidup sesungguhnya menjadi pembelajaran yang kontekstual, menarik, menantang, bermakna, dan reflektif. 

Kehidupan ini begitu arif dan bijaksana, sehingga setiap pribadi memiliki kesempatan untuk memanusiakan diri dan memanusiakan sesama menuju taraf insani sebagai pribadi-pribadi yang memiliki harkat dan martabat dalam tuntunan nilai-nilai luhur kehidupan. Jalani hidup, nikmati hidup, hidupi hidup, dan maknai hidup: semuanya itu menjadi esensi paradigma pembelajaran dalam sekolah kehidupan ini. Ayo belajar.

Illustrasi Menulis Makna. wau.org
Illustrasi Menulis Makna. wau.org
@Menulis Makna: adalah sebuah uraian untuk mencecap kehidupan yang begitu agung dan mulia ini. Hidup ini penuh dengan makna sebagai kristalisasi pengalaman dan refleksi untuk menjadi inspirasi bagi diri sendiri, sesama, dan semesta. Menulis Makna akan menjadi sejarah perjalanan makna kehidupan yang selalu abadi, tidak hilang ditelan badai kehidupan yang merusak peradaban manusia. Menulis Makna, menulis kebijaksanaan hidup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun