perhatian penuh pada saat sekarang ini. Dan kontemplasi pun akan terjadi! Lepaskan semua pikiran tentang masa mendatang, lepaskan semua pikiran tentang masa silam, lepaskan semua pikiran, titik! Lalu, berilah
Ada waktu ketika kita begitu terpukau pada sesuatu sehingga seluruh perhatian budi dan nurani tertuju pada hal tersebut, tidak terganggu dengan pikiran-pikiran dan rasa yang lain.Â
Suatu ketika pernah terpukau dengan anak-anak kucing yang begitu asyik bermain dengan penuh gembira, pada saat itulah seluruh jiwa kita terfokus pada anak kucing itu dan sejenak menikmati keceriaan dan tingkah polahnya yang menggemaskan dan lucu.
Dalam hidup ini pun ada waktunya kita mengkontempasikan diri kita sendiri dalam kesadaran penuh yang melibatkan pikiran dan hati untuk melihat kehidupan kita saat ini yang sedang dijalani, melihat tingkah polah hidup, terpukau dengan segala pemikiran dan perasaan yang berkecamuk, serta memandang segala perbuatan yang menjadikan pengalaman hidup.
Setelah berlatih selama bertahun-tahun, seorang murid mohon kepada Gurunya untuk memberinya penerangan budi. Sang Guru membawanya menuju serumpun bambu, dan berkata kepadanya: "Lihatlah bambu itu, begitu tingginya! Lihatlah yang lainnya di sana, begitu pendeknya!" Pada waktu itu juga si murid mendapatkan penerangan budi.
Kesadaran dan perhatian menjadi kunci penerangan budi yang terkadang terlewatkan begitu saja dalam kehidupan ini. Sang Guru menunjukkan cara yang begitu sederhana kepada si murid yang sudah berlatih bertahun-tahun hanya dengan menunjukkan serumpun bambu. Hal yang biasa dan sederhana namun terkadang terlepas dari kesadaran dan perhatian si murid.Â
Rupanya, kesadaran dan perhatian sebagai media pengembangan jiwa tidak sekadar dipelajari dan dilatihkan saja, namun perlu dipraktikkan dalam kehidupan nyata dan menjadi habitus (kebiasaan).
Kehidupan kita harus mendapatkan perhatian penuh dalam keasyikan diri yang penuh makna, layaknya rumpun bambu ada yang tinggi dan ada yang pendek, begitupula hidup kita pastinya memiliki pasang dan surut dalam dinamika kehidupan.Â
Apapun itu adalah sebuah kenyataaan hidup yang tidak bisa kita hindari, justru harus dihadapi dalam kontemplasi diri untuk membangun energi-energi positif yang mengembangkan hati, budi, dan komitmen diri pada kehidupan yang lebih baik.
Saatnya untuk kembali ke kandang, diri kita masing-masing, untuk melihat kembali ke dalam diri kita masing-masing secara kontemplatif sehingga kesadaran dan perhatian selalu tumbuh pada kehidupan yang sedang dijalani.Â
Senantiasa setiap pribadi tenggelam dalam keasyikan pada kesadaran dan perhatian yang semakin mengembangkan jiwa dan meneduhkan dunia.
Kembali ke Kandang, adalah sebuah permenungan hidup di malam hari menjelang menuju pembaringan jiwa dan raga setelah seharian merangkai kisah kehidupan lewat segala dinamika yang ada.Â
@Terinspirasi dari buku "Burung Berkicau" karya Anthony de Mello SJ (1984, Yayasan Cipta Loka Caraka), renungan malam dalam bingkai "Kembali ke Kandang" ini mencoba memaknai hidup yang penuh makna ini sehingga hidup menjadi lebih hidup lewat kutipan kisah penuh makna dari Anthony de Mello.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H