Rasa kagum dalam keheningan jiwa senantiasa menghantarkan manusia pada kesadaran lebih pada hal-hal yang sudah biasa dilakukan seperti menimba air atau memotong kayu atau lainnya. Rasa kagum memberikan kebermaknaan luar biasa pada hal-hal yang biasa.
Berangkat kerja dari pagi, bekerja di kantor, lalu pulang ke rumah, seringkali semuanya berjalan begitu saja secara otomatis setiap hari tanpa ada nilai lebih dari hari per hari.Â
Bahkan jalan berangkat dan pulang yang dilewati pun tidak berubah setiap harinya sehingga semuanya berjalan begitu menggelinding yang bisa jadi manusia jatuh pada kejenuhan atau pun stagnasi hati yang tidak berhasrat membuat variasi.Â
Mengubah rute berangkat atau pulang seringkali kadangkala menjadi variasi hidup yang mengelitik pikiran dan hati pada kesadaran baru.
Banyak hal dalam hidup terlewati begitu saja, bahkan dalam hitungan detik dan menit saja manusia sudah lupa pada apa yang sudah dikerjakan. Lupa menaruh kunci, begitu sewot mencari handphone yang barusan dipakai, panik mencari tiket parkir ketika hendak keluar dari parkiran, semuanya itu merupakan buah-buah dari hilangnya kesadaran.
Ketika seorang guru Zen mencapai penerangan budi, ia menulis baris-baris berikut ini untuk memperingatinya:
"Wahai, keajaiban yang mengagumkan: Aku memotong kayu! Aku menimba air dari sumur!"
Kekaguman yang tumbuh akan memberikan kesadaran dalam pikiran dan hati sehingga memberikan nilai lebih atas segala yang dikerjakan atau dilakukan. Segala sesuatu tetap sama, memotong kayu dan menimba air seperti hari-hari sebelumnya.Â
Perbedaanya adalah sejak saat itu sudah penuh rasa kagum yang memberikan kesadaran dan makna pada segala aktivitas yang sudah biasa menjadi begitu luar biasa.
Setiap aktivitas hidup yang sudah biasa sekalipun pastinya memiliki makna dalam nilai-nilai kehidupan jika manusia mau memaknainya dalam kontemplasi kehidupan yang bermula dari kekaguman. Memotong kayu setiap hari pastinya ada nilai kesabaran, ketekunan, dan perjuangan yang bisa dihidupi dalam aktivitas itu.Â
Beraktivitas dalam kerja di manapun, pastinya ada nilai-nilai kehidupan yang juga dapat diperjuangkan sebagai usaha membangun kekaguman dan kesadaran, seperti nilai-nilai kreativitas, proaktif, respek, persaudaraan, ketekunan, dan lainnya sesuai bidang pekerjaan yang ditekuni.
Saatnya untuk kembali ke kandang, diri kita masing-masing, untuk melihat kembali ke dalam diri kita masing-masing sejauh mana kekaguman dan kesadaran itu tumbuh dan berkembang dalam setiap tutur kata dan tindakan.Â
Rasa kagum akan membawa setiap pribadi pada penghargaan hidup sehingga hidup begitu istimewa penuh makna yang melegakan dan mengembangkan diri.
Kembali ke Kandang, adalah sebuah permenungan hidup di malam hari menjelang menuju pembaringan jiwa dan raga setelah seharian merangkai kisah kehidupan lewat segala dinamika yang ada. Terinspirasi dari buku "Burung Berkicau" karya Anthony de Mello SJ (1984, Yayasan Cipta Loka Caraka), renungan malam dalam bingkai "Kembali ke Kandang" ini mencoba memaknai hidup yang penuh makna ini sehingga hidup menjadi lebih hidup lewat kutipan kisah penuh makna dari Anthony de Mello.
@Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H