Ia yang puas adalah orang kaya. Ia yang mengendalikan dirinya adalah orang kuat, ia yang tidak lupa jati diri akan selalu dikenang. Walaupun mati, sebenarnya ia tidak musnah. (Pepatah Cina)
Kekayaan menjadi sebuah simbol kepuasan diri atas segala usaha dan perjuangan yang mengorbankan waktu, energi, dan segala hal demi menggapainya. Ada kepuasan yang mengalir dalam relung-relung hati yang memberikan pesan menyejukkan bahwa perjuangan telah melahirkan kenikmatan dan kemapanan.Â
Namun terkadang manusia belum bisa menggapai kepuasan itu, karena ada keinginan untuk terus menggapai lebih kekayaan duniawi itu sehingga berharap mencapai keglamoran yang melebihi pribadi lain sebagai simbol kejayaan dalam hidup. Manusia menjadi tidak puas seberapun yang dicapai karena ada ketamakkan hati yang begitu mengakar.
Orang kaya akan menjadi pusat persahabatan banyak orang, yang mendekat sebagai sahabat dan kerabat dalam kesukaan yang penuh pamrih. Kekayaan serasa memberikan percikan-percikan kebahagiaan dan kegembiraan pada banyak orang yang seolah-olah memberi dukungan tulus pada kehidupannya. Ada kepuasan dan kebahagiaan dikelilingi banyak orang yang peduli dan siap mengulurkan tangan untuk berbagai bantuan dalam hidup.Â
Kekayaan terasa mengubah dunia begitu indah dan mudah dalam kerumunan banyak orang yang memberikan perhatian. Tatkala dunia itu terbalik dan kekayaan itu berlalu, ketulusan dan dukungan sebagai sahabat dan kerabat menjadi ujian nyata kemurniannya, sendiri dalam kehampaan atau tetap dikelilingi orang-orang yang setia peduli dan perhatian.
Selain itu, kekuatan diri dalam segala dinamika kehidupan menjadi hasil dari pengendalian diri atas segala problema dan tantangan dalam hidup. Pengendalian diri menjadi kunci utama dalam menata pikiran dan perasaan yang begitu kuat menembus waktu.Â
Manusia yang kuat identik dengan manusia yang mampu mengendalikan pikiran, perasaan, dan perilakunya tatkala harus menghadapi berbagai dinamika kehidupan yang menyenangkan maupun menyusahkan. Batas-batas kesabaran manusia seringkali menjadi batas kekuatan pengendalian diri manusia yang pada akhirnya jatuh pada murka dan pemberontakan terhadap segala sesuatu yang menusuk harga diri kelewat batas.
konsistensi diri untuk menjadi manusia seutuhnya dalam balutan nilai-nilai luhur yang selalu dihidupi.Â
Di suatu masa dalam sebuah perjalanan kehidupan, jati diri manusia sejatinya harus diperjuangkan dan diusahakan terus-menerus dalamPengolahan diri dalam pengembangan jiwa yang menjadi habitus positif pada waktunya akan membentuk karakter dan kepribadian manusia yang memberikan identitas diri tentang gambaran keseluruhan hidupnya. Konsistensi positif akan memberikan pondasi yang kuat dalam cara berpikir, cara berasa, dan cara berperilaku manusia sehingga manusia menjadi kokoh dalam internalisasi dan implementasi nilai-nilai baik dalam kehidupan.