Orang hebat bukanlah orang yang selalu menggunakan kata-kata sulit dalam menjelaskan sesuatu supaya dianggap pintar, tetapi justru orang yang menggunakan kata-kata sederhana yang memudahkan orang lain memahami sesuatu yang paling sulit sekalipun.
Dalam kehidupan ini terkadang kita menjumpai berbagai kerumitan yang menuntut orang untuk memahaminya dengan segala daya upaya agar menemukan inti dari pemahaman yang ada.Â
Terkadang kerumitan dan kesulitan justru dibuat oleh manusia sendiri demi memberikan kerepotan pada diri sendiri dan orang lain. Terkadang pula logika dan rasionalitas tenggelam dalam mekanisme teknis yang sesungguhnya tidak masuk akal dan di luar nalar sehat.
Seekor gajah berkubang dengan santainya di sebuah kolam di tengah hutan. Tiba-tiba seekor tikus mendekatinya. Ia menyuruh gajah itu supaya keluar dari kolam.
"Tidak mau," kata gajah. "Aku sedang bersantai dan tidak mau diganggu!"
"Detik ini juga engkau harus keluar!" desak tikus.
"Lho, mengapa?" tanya gajah.
"Alasannya hanya akan kukatakan bila engkau sudah keluar dari kolam," jawab tikus.
"Ah, peduli amat! Aku tidak akan keluar," kata gajah.
Tetapi akhirnya ia mengalah juga. Dengan kesal ia beringsut-ingsut keluar dari kolam dan berdiri di muka tikus, katanya: "Nah, katakanlah sekarang, mengapa engkau mendesakku supaya keluar dari koma?"
"Aku ingin tahu, apakah engkau memakai celana renangku atau tidak," kata tikus.
Menjalani hidup ini sesungguhnya sangatlah sederhana, melakukan kebaikan dan kebajikan dalam hidup dalam ketulusan dan kejujuran.
Akan tetapi, manusia membuat hidup ini begitu rumit dan kacau tatkala ketidakpuasan diri menyelimuti pikiran dan hatinya sehingga keserakahan dan segala daya upaya yang tidak baik diusahakan demi mencapai tujuan dan kepuasan hidupnya.Â
Berbagai penyimpangan dalam hidup mengacaukan dinamika hidup yang pada akhirnya ketidaknyamanan diri dan rusaknya relasi dengan sesama menjadi akibat dari semua itu. Hidupnya menyusahkan dirinya dan orang lain.
Menjalani hidup ini sesungguhnya sangatlah sederhana, melakukan segala sesuatu yang sesuai dengan ukuran akal sehat dan nurani.Â
Akan tetapi, manusia membuat hidup ini begitu rumit dan kacau tatkala halusinasi dan sempitnya wawasan menjadikannya begitu bodoh dan dungu dalam kerangka logika dan nalar sehat pada realita kehidupan.Â
Manusia hanya didorong oleh nafsu untuk memenuhi keinginannya semata dengan berbagai cara yang memaksakan keadaan pada diri sendiri dan orang lain.
Pada akhirnya, menjalani hidup senantiasa berjalan dalam kebaikan, kebajikan, ketulusan, kejujuran, akal sehat, dan nurani yang kuat.Â
Kesederhanaan hidup ini sesungguhnya menumbuhkembangkan dalam diri manusia karakter yang kuat dan berguna bagi sesama dan semesta dalam koridor kemanusiaan dan keberadaban.Â
Nilai-nilai kehidupan biarlah tumbuh dalam kesederhanaan, ada akhirnya berbuah dalam kebahagiaan dan sukacita yang meneduhkan seluruh jiwa di dunia.
Kembali ke Kandang, adalah sebuah permenungan hidup di malam hari menjelang menuju pembaringan jiwa dan raga setelah seharian merangkai kisah kehidupan lewat segala dinamika yang ada.Â
@Terinspirasi dari buku "Burung Berkicau" karya Anthony de Mello SJ (1984, Yayasan Cipta Loka Caraka), renungan malam dalam bingkai "Kembali ke Kandang" ini mencoba memaknai hidup yang penuh makna ini sehingga hidup menjadi lebih hidup lewat kutipan kisah penuh makna dari Anthony de Mello.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI