Burung berkicau bukan karena ia ingin menyatakan sesuatu yang harus dipahami secara serius dan mendalam. Ia berkicau karena ia ingin berkicau sehingga membangkitkan sesuatu di dalam hati siapapun yang mendengarkannya dan menjadikannya bahagia karenanya.
Manusia dikaruniai akal budi yang terus bekerja menelusuri segala opini dan fakta di dunia untuk mendapatkan pemahaman yang dapat diterima dengan dalil-dalil logika. Karena akal budi itulah, dunia terus berkembang seiring dengan segala daya upaya manusia untuk terus memahami segala gejala dan fenomena dunia dan pada akhirnya mendapatkan kepuasan logika dalam segala pemahaman, keputusan, tindakan, dan juga berbagai inovasi canggih dalam berbagai aspek kehidupan. Itulah yang menjadikan dunia dulu berbeda dengan dunia sekarang dan aka berubah lagi di masa yang akan datang.
Ada satu waktu, manusia terhenti dalam suatu titik dalam fase kehidupan karena belum juga mendapatkan jawaban atas segala pertanyaan di otaknya. Belum ada kepuasaan ilmiah yang mampu menaklukan tajamnya pikiran manusia. Inilah kesempatan yang baik untuk diam dan hening sejenak.
Pemikiran-pemikiran manusia terus menelesur menembus batas ruang dan waktu, serta mempertanyakan segala hal yang bisa dipertanyakan untuk mendapatkan jawabannya.Benak para murid dipenuhi macam-macam pertanyaan tentang Tuhan.
Kata Sang Guru: "Tuhan adalah Yang-Tak-dikenal, bahkan Yang-Tak-dapat-dikenal. Setiap pertanyaan tentang Dia, seperti pula setiap jawaban terhadap pertanyaanmu, hanyalah mengacaukan kebenaran."
Para murid bingung. "Lalu mengapa Anda masih juga berbicara tentang Dia?"
"Mengapa burung berkicau?" tangkis Sang Guru.
Burung berkicau bukan karena ia ingin menyatakan sesuatu. Ia berkicau karena ia ingin berkicau. Manusia akan kehilangan kesempatan terindah tatkala terus-menerus mempertanyakan alasan burung berkicau, karena ada yang lebih indah dan melegakan jiwa ketimbang menemukan jawabannya, yakni menikmati betapa indah dan melegakan jiwa alunan burung dengan segala irama dan tempo yang dimilikinya. Kadangkala tidak semua hal di dunia ini harus dipertanyakan dan dicari jawabannya, namun cukup untuk menikmatinya dan meresapinya dalam hati yang penuh rasa.
Segala pengalaman hidup manusia dari pagi hingga malam dan seterusnya di hari esok hingga seterusnya di hari-hari selanjutnya senantiasa bukanlah kesempatan untuk dipertanyakan, "mengapa demikian, mengapa begitu, kenapa tidak begini, haruskah ini begitu" dan seterusnya yang pada akhirnya justru menjadikan hidup begitu kosong dan hampa karena tak menemukan jawab atas semua pertanyaan itu.
Segala sesuatu tentang Tuhan senantiasa selalu didengarkan dan diresapkan dalam hati seperti menikmati desir angin di pohon, gemercik air di sungai, dan kicauan burung. Niscaya semua itu akan membangkitkan sesuatu di dalam hati yang melampaui segala pemahaman.
Tuhan selalu ada dalam hidup kita, tidak perlu dipertanyakan keberadaan-Nya, cukup diyakini dan siap untuk menjalankan segala hal baik dari-Nya.Kembali ke Kandang, adalah sebuah permenungan hidup di malam hari menjelang menuju pembaringan jiwa dan raga setelah seharian merangkai kisah kehidupan lewat segala dinamika yang ada. Terinspirasi dari buku "Burung Berkicau" karya Anthony de Mello SJ (1984, Yayasan Cipta Loka Caraka), renungan malam dalam bingkai "Kembali ke Kandang" ini mencoba memaknai hidup yang penuh makna ini sehingga hidup menjadi lebih hidup lewat kutipan kisah penuh makna dari Anthony de Mello.
@Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H