Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kembali ke Kandang Hari ke-2: Mari Merasakan Rahmat dalam Kehidupan ini!

4 Agustus 2021   21:01 Diperbarui: 4 Agustus 2021   21:18 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Kembali ke Kandang. meditatingworks.com

Hidup senantiasa akan menjadi rutinitas atau kreativitas adalah sebuah pilihan hidup setiap pribadi. Bangun pagi, pergi bekerja, kembali ke rumah, dan istirahat hingga kembali pagi lagi. Semua itu bisa menjadi layaknya program usang dalam diri, atau justru akan menjadi tantangan tersendiri dalam menghidupkan hidup.

Hidup sejatinya adalah sebuah rahmat terhebat dari Sang Pencipta. Celakanya, banyak manusia tidak menyadarinya bahkan menganggap bahwa kehidupan ini adalah berkat kemampuan dan kehebatannya. Ironis. Manusia harus kembali pada titik nol kehidupan untuk sementara waktu, berserah dan berpasrah pada kuasa Sang Ilahi, dan menyadiri kebesaran-Nya dalam kehidupan ini.

Uwais, seorang sufi, pernah ditanya: "Apakah makna rahmat bagi Anda?"

Jawabannya: "Setiap kali bangun pagi, aku merasa cemas, apakah aku masih akan hidup petang nanti."

Kata si penanya: "Tetapi bukankah semua orang tahu akan hal itu?"

Jawab Uwais: "Mereka memang tahu. Tetapi tidak semua merasakannya."

Inilah saat yang tepat untuk buka mata, buka pikiran, dan buka hati untuk membangun kesadaran diri bahwa hidup ini adalah rahmat Sang Ilahi. Hidup seharusnya dihidupi dan dimaknai sehingga menjadi pribadi dewasa dalam kehidupan, berguna bagi sesama, mencintai semesta, dan berpasrah selalu pada Sang Pencipta. Hidup menjadi sebuah pilihan dalam menjalaninya.

Ketika manusia jatuh pada rutinitas kehidupan maka segala aktivitas mengalir begitu saja tanpa kesadaran penuh untuk memaknainya dan mengkreasikannya dengan cara yang berbeda dan lebih bermakna. Hari-hari berjalan seperti biasa, perlahan-lahan jatuh pada kejenuhan dan kebosanan yang berujung pada kegersangan jiwa. Merasa ada yang kurang dalam hidup, merasa tidak puas dengan hidup, atau merasa semua baik-baik saja yang sesungguhnya sedang tidak baik-baik.

Illustrasi. www.njerimuchunu.com
Illustrasi. www.njerimuchunu.com
Ketika manusia memilih untuk berkreasi dalam kreativitas kehidupan maka kehidupan menjadi sebuah tantangan untuk berbuat yang terbaik dan berbagi kebaikan dengan tulus sehingga menjadi rahmat untuk sesama dan semesta. Pengalaman hidup menjadi sebuah proses membangun kesadaran diri setiap waktu bahwa hidup adalah rahmat, hidup adalah anugerah, dan hidup harus dihidupi sepanjang hayat.

Bangun pagi menjadi kesempatan indah untuk bersyukur karena Sang Pencipta masih memberi anugerah kehidupan. Sepanjang hari dalam aktivitas menjadi kesempatan untuk berkreasi dalam hidup sehingga hidup ini menjadi anugerah dan berkat bagi yang lain. Tatkala malam tiba dan siap istirahat dalam pembaringan adalah kesempatan untuk merefleksikan hidup sehari, bersyukur, dan mempersembahkan semuanya pada Sang Pancipta demi kemuliaan-Nya sepanjang masa.

Illustrasi Kembali ke Kandang. meditatingworks.com
Illustrasi Kembali ke Kandang. meditatingworks.com
@ Kembali ke Kandang, adalah sebuah permenungan hidup di malam hari menjelang menuju pembaringan jiwa dan raga setelah seharian merangkai kisah kehidupan lewat segala dinamika yang ada. Terinspirasi dari buku "Burung Berkicau" karya Anthony de Mello SJ (1984, Yayasan Cipta Loka Caraka), renungan malam dalam bingkai "Kembali ke Kandang" ini mencoba memaknai hidup yang penuh makna ini sehingga hidup menjadi lebih hidup lewat kutipan kisah penuh makna dari Anthony de Mello.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun