Bahkan banyak manusia memberikan ruang dan gerak begitu luas bagi amarah dan murka dalam menanggapi masa-masa sulit dalam kehidupan ini. Amarah begitu menggebu-gebu pada kehidupan yang tidak berpihak padanya.Â
Murka begitu besar seolah-olah orang lain bahkan Sang Pencipta tidak berpihak padanya sehingga merasa sendiri dan terasing dalam kekalutan dan kehancuran diri yang begitu rapuh.Â
Begitu banyak sebab-musabab yang terucap dalam kata-kata amarah, semua itu seolah-olah menjadi penyebab atas kesulitan dan kepahitan hidupnya yang tak kunjung henti.
Jiwa dan raga benar-benar diuji dalam pintu kesulitan dan kepahitan hidup untuk kehidupan yang lebih baik lagi, yang pastinya penuh dengan berbagai tantangan.Â
Pemaknaan diri atas hidup yang sulit adalah semangat dasar untuk tetap teguh dan kokoh dalam menata hidup ke depan. Masa sulit bukanlah sebuah kehampaan dalam hidup karena sesungguhnya di masa-masa itu ada nilai-nilai kehidupan dan hikmah yang bisa diambil untuk kehidupan ke depan.
Amarah, murka, putus asa, ratapan, caci maki, prasangka buruk di masa sulit sama halnya membanting pintu yang pada akhirnya nanti kita akan melewatinya kembali demi kehidupan yang lebih baik. Mari lewati pintu kehidupan ini, baik sulit atau mudah, baik suka maupun lara, dengan segala kebijaksanaan hidup dalam harapan dan perjuangan. Semuanya akan indah pada waktunya.
Menulis Makna akan menjadi sejarah perjalanan makna kehidupan yang selalu abadi, tidak hilang ditelan badai kehidupan yang merusak peradaban manusia. Menulis Makna, menulis kebijaksanaan hidup.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI