Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu; mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah. (Kahlil Gibran)
Doa adalah sebuah kesempatan yang agung untuk selalu berkomunikasi dengan Sang Pencipta dalam suka maupun duka, di kala berhasil ataupun gagal, saat hati gembira dan juga sedih yang merundung dalam kalbu. Doa bukan semata-mata menjadi kewajiban yang menakutkan dan penuh tuntutan untuk dilaksanakan karena ada bayang-bayang dalil yang tampaknya rasioanal mengekang pikiran dan hati manusia. Sesungguhnya doa menjadi sebuah pilihan hidup yang membahagiakan dan menenangkan jiwa untuk bercerita dan berkomunikasi pada Sang Maha Agung.
Dinamika kehidupan manusia terkadang menyeret manusia pada arus yang penuh lupa, yang terkadang menenggelamkan manusia pada ketergantungan dunia dalam segala gaya hidup yang mengglamorkan jiwa dan cara pikir yang menyombongkan logika dan kebenaran semu di belakangnya. Dinamika kehidupan juga terkadang menyesatkan manusia dalam sebuah petualangan hidup yang mengatasnamakan segalanya dengan perjalanan mencari kebenaran dan makna. Perjalanan panjang yang begitu jauh melintasi segala lika-liku kehidupan dalam tempo dan irama pengalaman yang terkadang kehilangan nada dan syairnya. Sungguh, semuanya menjadi warna kehidupan manusia yang sudah kehilangan warnanya.
Manusia di lembah kehidupan yang penuh duka dan curamnya kehidupan seringkali mengembalikan kesadaran dan asal-muasal manusia diciptakan. Dalam kesusahan itu, manusia akan jatuh pada rengekan dan rintihan pada Sang Pencipta untuk memohon keringanan beban hidup, bantuan segar keluar dari kesusahan, dan kejayaan kembali dalam hidup. Mentalitas peminta-minta begitu lekat dalam doa di kala manusia jatuh pada kesusahan hidup yang terjebak pada pasungan jiwa dan raga. Bahkan begitu keras dan ketatnya kesusahan hidup, manusia dengan tanpa rasa malu begitu memaksa Sang Pencipta untuk menjadi penolong seutuhnya. Doa dalam kesusahan terasa merampok tanpa nurani demi menyelamatkan diri pada harga diri.
Pada akhirnya, kita sebagai manusia senantiasa membangun kesadaran rohani dalam pengolahan doa yang menghidupi hidup dengan selalu berelasi dengan Sang Pencipta dan meletakkan-Nya dalam setiap aliran darah kehidupan. Doa menjadi kolaborasi kegembiraan jasmani dan rohani dalam suka maupun duka dalam sebuah komunikasi ilahi yang berlangsung secara konsisten dan berkesinambungan sepanjang hayat. Damai.