Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (28): Mengolah Kesalahan lewat Menjadi Manusia Pembelajar

15 Juli 2021   04:04 Diperbarui: 15 Juli 2021   05:01 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi. www.wisdomtimes.com

Baik untuk memaafkan, lebih baik lagi melupakan. (Robert Browning)

Kesalahan dalam hidup merupakan suatu tindakan yang menyimpang dari dalil-dalil kebenaran dan kebaikan yang menjadi nilai-nilai keutamaan manusia dalam hidup yang beradab ini. Orang bisa melakukan kesalahan kapanpun dan di manapun juga dengan penuh kesadaran ataupun tidak menyadarinya, yang pada waktunya menjadi sebuah pembahasan dalam hidup pada diri sendiri dan sesama. Kesalahan terkadang menjadi topik yang menguras waktu, energi, pikiran, dan perasaan untuk menelusuri, memperjelas, memastikan, atau juga mencari solusi terbaik. Kesalahan benar-benar menjadi trending topic dalam kehidupan.

Ada orang yang mudah sekali menyalahkan diri sendiri atas kesalahan yang dialaminya sehingga pikiran dan perasaan tercurah pada penyeselan diri yang terkadang tanpa henti terus-menerus membelenggu langkah kaki untuk maju ke depan dan menata hidup yang lebih baik. Kaki tetap terhenti, pikiran selalu melayang ke belakang, dan perasaan terhempas dalam kekalutan dan kehampaan. Kesalahan benar-benar menjadi beban berat dalam hidup, yang seolah-olah telah mematahkan semangat dan mengubur segala impian.

Illustrasi. blog.bible
Illustrasi. blog.bible
Ada juga orang yang mudah menyalahkan orang lain atau sesuatu sebagai penyebab kesalahannya. Pribadi seperti ini selalu menempatkan dirinya sebagai korban atas perilaku ataupun kata-kata orang lain dan juga korban dari sesuatu yang telah menyebabkan dirinya melakukan kesalahan. Menjadi pribadi yang bersih dan selalu benar adalah sebuah keadaan pribadi yang telah berpisah dengan nurani untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dengan ketulusan dan kejujuran. Orang lain yang salah, situasi yang salah, benda itu yang salah, adalah sebuah logika konyol yang tertanam dalam pikirannya, sekaligus formasi hati yang sudah hilang kepekaan nuraninya.

Ada juga orang harus berdebat hingga kata-kata tak berguna harus terucap mencabik-cabik makna dari kebenaran yang sesungguhnya. Itu semua demi mempertahankan pribadi untuk pasti benar atas kesalahan yang melibatkan orang lain. Membolak-balik fakta, mengeksplorasi asumsi dan persepsi, bahkan melibatkan emosi sebagai senjata intimidasi, adalah sebuah situasi hilangnya kebijaksanaan dan kecerdasan dalam kerangka kedalaman humanisme manusia, sehingga menjadikan manusia mendekatkan dirinya pada "kebinatangan" di alam liar yang penuh dengan hukum rimba.

Illustrasi. chucklawless.com
Illustrasi. chucklawless.com
Mungkin sudah menjadi keegoisan manusia dalam membangun karakter dirinya, harus menjadi yang terbaik dengan memenangkan diri sebagai juara dalam setiap dinamika kehidupan. Di sekolah, banyak orang tua menuntut dan banyak anak mengejar, yakni harus menjadi nomor satu, peringkat satu. Hal itu dianggap sebagai supremasi belajar dan harus diusahakan dengan berbagai cara. Jika tidak hati-hati, supremsi itu akan membawa manusia pada kebrutalan diri yang siap menghalalkan segala cara untuk mencapainya, sehingga "esensi belajar sebagai proses memanusiakan manusia menuju taraf insani" sirna oleh ambisi supremasi itu. Belajar menjadi brutal, liar, penuh tekanan, padahal sesungguhnya belajar itu menyenangkan, menggembirakan, bermakna, bersahabat, bersaudara, dan menjunjung toleransi-sportivitas.

Sudah waktunya manusia belajar menjadi manusia pembelajar yang mencintai kehidupan yang penuh makna ini. Kesalahan bukanlah aib dalam kehidupan, kesalahan sejatinya menjadi sebuah kesempatan untuk belajar dan belajar lagi menemukan makna kehidupan untuk kehidupan yang lebih baik. Memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang dilakukan, memaafkan orang lain terlepas siapa yang salah, dan pada akhirnya melupakan semuanya adalah buah-buah kebahagiaan dan kasih dari menjadi manusia pembelajar atas kesalahan dalam hidup. Mari belajar kehidupan.

Illustrasi Menulis Makna. justbetweenus.org
Illustrasi Menulis Makna. justbetweenus.org
@Menulis Makna: adalah sebuah uraian untuk mencecap kehidupan yang begitu agung dan mulia ini. Hidup ini penuh dengan makna sebagai kristalisasi pengalaman dan refleksi untuk menjadi inspirasi bagi diri sendiri, sesama, dan semesta. Menulis Makna akan menjadi sejarah perjalanan makna kehidupan yang selalu abadi, tidak hilang ditelan badai kehidupan yang merusak peradaban manusia. Menulis Makna, menulis kebijaksanaan hidup. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun