lanjut usia, kita sangat tergantung kepada orang lain. Di antara masa itu, kita merasa bisa melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain, sehingga menganggap perhatian sesama tidak penting. Padahal dalam tahap ini perlu sekali kita untuk memelihara cinta kasih yang mendalam antar sesama manusia. Ketika kita masih kecil dan setelah kita (Dalai Lama)
Masa adalah sebuah rentetan waktu yang menjadi sebuah kristalisasi segala pengalaman hidup yang menyatu dalam sebuah konklusi yang memberikan pembeda pada karakter dan harapan. Waktu yang tak pernah bisa dihentikan oleh siapun kecuali Sang Pencipta, akan terus mengalir dan mengalir menembus segala ide dan rasa manusia pada dunia ini. Waktu tak pernah berpihak pada siapapun dan apapun karena waktu adalah sumber keadilan yang tak bisa dirayu, dipaksa, ataupun disuap dengan cara apapun. Maka, masa pun akan selalu memberikan keadlian pada setiap pengalaman hidup yang selalu mengikutinya.
Pengalaman hidup menyebar di berbagai penjuru dunia menembus pikiran dan perasaan manusia yang mengukir segala jalan kehidupan di setiap relung-relung sejarah setiap manusia. Pengalaman pun memberikan kolaborasi bagi setiap manusia pada semesta untuk selalu bersyukur dan kembali pada keluhuran dan keagungan Sang Pencipta. Pengalaman-pengalaman yang menjadi sejarah hidup manusia terus-menerus mengisi bab-bab buku kehidupan manusia dengan topik dan ulasannya yang menyiratkan berbagai intisari kehidupan, detail kehidupan, dan nilai-nilai hidup yang terkadang terlewatkan begitu saja.
Pengalaman di waktu kanak-kanak adalah sebuah konklusi dari ribuan, jutaan, bahkan trilyunan segala perilaku, pikiran, dan perasaan yang terurai dari mata terbuka hingga terlelap kembali dalam tidur. Masa kanak-kanak menjadi sebuah fase awal dalam kehidupan manusia yang bermula dari ketidakberdayaan yang sangat tergantung pada orang dewasa di waktu bayi. Masa kanak-kanak menjadi fase eksplorasi dan ekspresi untuk mengenal dunia sehingga membangun konsep, persepsi, dan tujuan hidup sederhana dalam sejarah hidup manusia. Atensi dan apresiasi orang dewasa menjadi kebutuhan nyata atas ketergantungan anak-anak untuk mengenal dunia dalam membangun diri yang seutuhnya.
Tak beda dengan masa kanak-kanak, lanjut usia menjadi sebuah kronologi kehidupan manusia yang kembali pada masa kanak-kanak, yakni ketergantungan pada orang lain. Lanjut usia telah menelusuri lika-liku kehidupan dengan segala irama dan genderangnya yang memberi sejarah tersendiri pada masa lalu setiap orang lanjut usia.
Ada berbagai konklusi kehidupan pada lanjut usia. Kebanggaan tiada henti akan masa lalunya, yang selalu diceritakan setiap saat berulang-ulang kepada siapapun yang dijumpainya. Terkadang juga ada kekecewaan mendalam yang menggores tajam di dinding-dinding memorinya, yang menimbulkan amarah, penyesalan, ataupun tetes airmata. Seiring memori melemah, rasa memudar, dan raga terbelenggu dalam keterbatasan, lanjut usia menempatkan dirinya pada fase ketergantungan pada orang lain.
Di antara kanak-kanak dan lanjut usia, di sanalah ada kemandirian, kekokohan jiwa dan raga, serta kemantapan idealisme dalam kehidupan. Di sana pula manusia didorong pada fase pengolahan kematangan jiwa untuk mengolah kasih yang tulus pada diri sendiri, keluarga, sesama, dan semesta sehingga kebijaksanaan hidup lahir dengan mulia, bukan arogansi dan kebrutalan dalam hidup. Fase ini berada di tengah-tengah sejarah kehidupan manusia, baru saja melewati masa kanak-kanak dan pada waktunya nanti masuk lanjut usia.
Sudah waktunya, membangun kesadaran pada rasa dan asa pada diri sendiri, sesama, dan semesta sehingga cinta kasih tulus selalu mengalir penuh berkat. Sang Pencipta selalu memberkati dalam kuasa dan kemurahan-Nya. Kasih pasti lemah lembut, kasih pasti murah hati. Damai selalu.
Menulis Makna: adalah sebuah uraian untuk mencecap kehidupan yang begitu agung dan mulia ini. Hidup ini penuh dengan makna sebagai kristalisasi pengalaman dan refleksi untuk menjadi inspirasi bagi diri sendiri, sesama, dan semesta. Menulis Makna akan menjadi sejarah perjalanan makna kehidupan yang selalu abadi, tidak hilang ditelan badai kehidupan yang merusak peradaban manusia. Menulis Makna, menulis kebijaksanaan hidup.Â
@Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H