Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (2): Harapan Menjadi Impian yang Nyata

29 Mei 2021   17:17 Diperbarui: 29 Mei 2021   17:17 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana besarnya manfaat oksigen bagi paru-paru, begitu pula besarnya manfaat harapan dalam kehidupan. (Emil Bruner)

Harapan adalah tiang yang menyangga dunia. Harapan adalah impian dari orang yang tidak tidur. (Plinius, Penatua)

Harapan memberikan warna pada setiap objek yang tertangkap mata sehingga karenanya menjadikan hidup penuh pilihan untuk dijadikan keputusan setiap langkah yang terhitung dalam setiap detiknya. Harapan mengantarkan orang pada sebuah keyakinan, bukan lagi keputusasaan pada kejutan-kejutan dunia yang mampu mengolah irama rasa dalam setiap kemauan dan kemampuan. Orang pergi memancing ke sungai akan berangkat dengan penuh semangat karena ada gejolak batin pada ikan-ikan yang mulai lapar dalam aliran sungai yang tak pernah berhenti. Ada angan-angan yang membumbung dalam imajinasi pada ikan yang tersangkut pada kail.

Mata terpejam di malam hari, masih menyisakan harapan untuk hari esok yang lebih baik sehingga boleh meletakkan raga dalam tidur dan mengistirahatkan jiwa dalam keheningan malam yang akhirnya menyerahkan semuanya pada kuasa Sang Pencipta. Di saat raga dan jiwa terlelap dalam lembutnya malam, biarlah Sang Pencipta bersama para malaikat menjaga istirahat yang penuh harapan. Tatkala fajar melalui mentari yang menyibak gelapnya malam, manusia mulai membuka mata menata raga dan memantapkan jiwa, harapan akan hari baik tersirat dalam pikiran dan perasaan.

Ilustrasi. steemit.com
Ilustrasi. steemit.com
Manusia tanpa harapan, tidak ubahnya batu penuh lumut di pinggir sungai yang diam seribu bahasa tanpa menikmati dunia dalam talenta dan kuasa untuk mau dan memampukan diri pada banyak hal. Semestinya semua punya harapan, untuk meyakinkan diri bahwa ada misteri ilahi dalam kehidupan ini. Tercapai atau tidaknya harapan adalah bagian dari sebuah dinamika kegigihan diri untuk terus memperjuangkannya dalam suka maupun duka. Harapan tanpa kegigihan untuk mencapainya, hanyalah bunga narasi mimpi di kala tidur. Di saat terbangun, semuanya sirna ditelan realita kehidupan.

Mimpi di kala tidur adalah sebuah konklusi atas pengalaman yang sudah tuntas atau justru pemberontakan jiwa atas realita. Impian di kala mata terbuka penuh kesadaran adalah sebuah modal terbaik dalam menata hidup lebih terarah dan mendalam pada pemaknaan setiap dinamika kehidupan. Impian maupun harapan adalah sebuah keabsolutan hidup yang menjadikan hidup justru lebih lentur dalam menapaki keras dan lembutnya gelombang kehidupan.

Saat ini dan di sini, waktu yang tepat untuk menata kembali harapan dan impian kita dalam hidup. Jangan takut untuk berharap! Jangan lelah untuk merangkai impian! Semesta dan Sang Pencipta pasti merasuk dalam harapan dan impian kita, semuanya telah ditata dengan baik untuk kita. Saatnya, kendali di tangan kita, buka mata buka hati, langkah siap meniti dalam kebijaksanaan ilahi. Bisa.

Ilustrasi Menulis Makna. jesspettitt.com
Ilustrasi Menulis Makna. jesspettitt.com
@Menulis Makna: adalah sebuah uraian untuk mencecap kehidupan yang begitu agung dan mulia ini. Hidup ini penuh dengan makna sebagai kristalisasi pengalaman dan refleksi untuk menjadi inspirasi bagi diri sendiri, sesama, dan semesta. Menulis Makna akan menjadi sejarah perjalanan makna kehidupan yang selalu abadi, tidak hilang ditelan badai kehidupan yang merusak peradaban manusia. Menulis Makna, menulis kebijaksanaan hidup. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun