Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Senja (88): Titik Balik untuk Kebenaran

26 Mei 2021   04:04 Diperbarui: 26 Mei 2021   04:17 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi. www.pinterest.com
Ilustrasi. www.pinterest.com
Peristiwa mengenaskan yang terjadi pada ayah masih membuatku bertanya-tanya, bahkan setelah pemakamannya. Tanpa sepengetahuan ibu, aku mendatangi TKP yang belum dibereskan. Aku merasa ada kejanggalan di balik kematian ayah tempo hari lalu. 

Kemarin polisi memberi tahu bahwa ada bekas rantai di kaki ayah. Warna darah ketika ayah sudah ditemukan sudah menghitam yang menandakan bahwa waktu kematiannya sudah lama. Namun, ibu tidak mengetahui apa-apa terkait keadaan ayah sebelumnya. 

Hasil investigasi juga menunjukkan ada titik-titik darah membentuk lingkaran di sekitar sofa yang diduduki ayah. Aku percaya bahwa peristiwa keji yang menimpa ayah 100% merupakan pembunuhan. 

Aku berjalan menyusuri halaman dan menemukan botol berwarna merah dan hitam yang mencurigakan. Kuambil dan bawa ke kantor polisi dengan harapan botol tersebut membawa petunjuk.

Kabar buruk menimpa ketika polisi mengatakan bahwa tidak ada petunjuk dari botol yang aku temukan. Sudah 9 bulan semenjak kepergian ayahku dan polisi belum menemukan alat dan pelaku pembunuhan. Mereka bahkan mengatakan bahwa kasus ini akan segera ditutup. 

Aku heran, di peradaban yang sudah maju ini, polisi masih kesulitan menemukan pelaku pembunuhan. Hingga pada suatu hari, aku sedang duduk di kursi teras dan menyesap segelas kopi. Tiba-tiba ada sebuah anak panah melayang masuk dan menancap di pintu. Di sana tergantung secarik kertas dengan pesan, "Manusia memang palsu, cari terus kebenarannya." Hidupku yang mulanya kosong akan diisi dengan petualangan seru guna mencari kebenaran di balik kematian ayahku 9 bulan yang lalu.

*WHy-maN

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini.

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun