Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

BAPER #13 Jangan Harapkan Semua Orang Senang dengan Kita

21 Mei 2021   18:01 Diperbarui: 21 Mei 2021   18:07 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. www.maxmanroe.com

#Kalau kita diganggu, tandanya kita sedang membuat perubahan. Kalau kita dizalimi, jangan mengeluh karena Tuhan selalu bersama orang-orang baik.

Oktober 2003 menjadi awal bagiku menjadi guru muda dengan segala harapan dan idealismenya. Beberapa bulan awal aku mengajar dengan sangat konvensional, menggunakan buku teks penuh teori dan diakhiri dengan tes atau tugas di rumah. Aku mulai merasa jenuh dan monoton dengan gaya mengajar seperti itu, semua terasa hambar dan biasa-biasa saja. Pelan-pelan namun pasti aku mulai belajar dari berbagai sumber dan mengubah gaya mengajarku.

Para siswa sering aku ajak keluar kelas bahkan menyusuri gang-gang perkampungan di sekitar sekolah. Mereka mencoba belajar dari realita masyarakat, yang cenderung kontras dengan keadaan keluarga dan sekolah. Pengalaman belajar di masyarakat ini setidaknya memberi kesempatan bagi anak-anak untuk merefleksikan (merenungkan) nilai-nilai kehidupan (life value) yang seharusnya dihidupi setiap hari. Minimal ada nilai kepedulian dan nurani pada sesama manusia di sekitarnya.

Ilustrasi. greatergood.berkeley.edu
Ilustrasi. greatergood.berkeley.edu
Kesempatan yang lain, aku juga sering mengajak anak-anak nonton film bermakna ketika jam pelajaran. Dari film itu, anak-anak didorong untuk menggali berbagai inspirasi kehidupan yang berguna untuk hidupnya dan lingkungannya. Tak jarang juga, jam pelajaran diisi dengan berbagai game atau dinamika permainan yang memudahkan mereka memehami materi serta tentunya memberikan kegembiraan dan semangat dalam belajar. Masih banyak lagi metode-metode yang aku coba untuk memberikan nuansa pembelajaran yang beragam dan kontekstual.

Perubahan-perubahan ini tidak berjalan mulus. Suara-suara yang tidak mengenakkan dari kolega sering terdengar yang bernada nyinyir dan tidak solutif, bahkan cenderung merendahkan. Namun di sisi lain, ada kolega yang mulai tertarik dengan model pembelajaran itu dan bisa diajak berdiskusi sehingga semakin kaya ragam metode pembelajaran. Nyinyiran itu justru menjadi kekuatan untuk terus belajar, karena pendidikan memang sejatinya proses berubah secara dinamis, kontekstual, dan bermakna.

#Mereka yang bertahan adalah yang paling cocok dengan lingkungan dinamis dan memiliki sifat yang adaptif.

Ketika aktif dalam kegiatan kemahsiswaan, Litbang Senat Mahasiswa Fakultas, ada pengamalan di mana satu per satu anggota litbang hilang dari peredaran kegiatan senat. Litbang sebagai motor penggerak kegiatan senat, sudah pasti membutuhkan perjumpaan anggotanya setiap hari di sela-sela kuliah bahkan sore hingga malam hari di basecamp, ruang senat. Kumpul, ngobrol, makan-makan, bercanda, sambil mengerjakan tugas kuliah, sharing, curhat, dan pastinya diskusi tentang pengembangan kegiatan mahasiswa di fakultas adalah aktivitas rutin tim litbang.

Pelan-pelan namun pasti satu per satu anggota hilang dari peredaran tanpa meninggalkan pesan atau kabar apapun. Dari delapan orang, dalam setahun tersisa 3 orang saja yang aktif di tim litbang. Miris kalau dari segi jumlah anggota. Namun, luar biasa dari segi kualitas kerja tim litbang karena dengan tersisa tiga orang, justru kami bisa bekerja secara solid dan tahan banting. Mungkin ini yang disebut seleksi alam, sehingga alam sendiri yang menyaring anggota-anggota yang siap bekerja dalam tim litbang. Mereka yang tidak kuat, tidak mau, tidak mampu, dengan sendirinya mundur alon-alon (pelan-pelan).

Rhenald Kasali dalam BAPER (Bawa perubahan) menegaskan:

#Dengan berbuat baik saja, belum tentu orang akan mengangap kita baik. Jangan harapkan semua orang senang dengan diri kita.

Sejalan dengan penegasan Rhenald Kasali, persepsi dan penilaian orang lain pada diri kita di luar kendali diri kita sehingga akan menghabiskan banyak energi dan waktu jika kita ingin mengendalikan orang lain. Selain itu, orang memiliki persepsi dan latar belakang yang berbeda-beda sehingga beragam pula persepsinya. Pasti akan terjadi, ada orang suka dan tidak suka dengan apa yang sudah kita lakukan. Itu pasti.

Ilustrasi. moreschick.pikiran-rakyat.com
Ilustrasi. moreschick.pikiran-rakyat.com
Suatu ketika di lingkungan tempat saya kerja beberapa waktu yang lalu, ada seseorang yang dilabeli "Yes Man" karena selalu jawab "Yes" apapun yang diminta atasan, sebutlah dengan nama fiktif: Pak Ben.  Banyak kolega mulai berhati-hati dengan Pak Ben ini karena selalu merapat ke atasan, apalagi setiap kali ganti pimpinan maka Pak Ben akan bergerilya untuk bisa merapat. 

Telusur demi telusur, ada kekhawatiran yang besar dalam diri Pak Ben kalau sampai dinilai jelek oleh pimpinan maka cara satu-satunya baginya adalah selalu mengiyakan apa yang dikatakan dan diinginkan atasan. Betapa susahnya hidup Pak Ben, penuh dengan kekhawatiran. Bahkan demi penilaian baik dari atasan, Pak Ben rela mengorbankan koleganya. 

Pegawai yang baru dua tahun kerja pernah menjadi korban Pak Ben. Ketika Pak Ben menjadi koordinator program dan dinilai gagal oleh pimpinan, maka Pak Ben menyatakan bahwa Pak Les yang tidak kreatif dalam tataran operasional. Pimpinan percaya, Pak Les dinilai jelek sekali dan akhirnya mengundurkan diri.

Demi membuat atasan senang dengan dirinya, Pak Ben rela mengorbankan waktu dan energinya bahkan mengkambinghitamkan koleganya sendiri. Sangat keji. Melakukan yang terbaik, bersungguh-sungguh, dan berintegritas dalam setiap aktivitas adalah keutamaan dalam hidup. Biarlah semesta mengatur semuanya, kita tidak bisa mengendalikan persepsi orang lain, yang bisa kita kendalikan adalah diri kita sendiri. Pasti bisa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun