menulis, dia ingin sekali diajari menulis, setidaknya tulisannya bisa terpampang atau dimuat di koran cetak. Menurutnya, lumayan bisa terkenal sekaligus mendapat honor. Maka, dengan senang hati aku mengajarinya menulis hingga satu tulisan jadi dan dikirim ke salah satu media cetak. Setelah ditunggu hampir dua minggu, tulisannya tidak muncul juga, malah tulisanku yang aku kirim tiga hari sebelumnya sudah ada di kolom opini salah satu media nasional. Setelah satu bulan, temanku itu yakin bahwa tulisannya gagal alias tidak bakal dimuat. Dan ternyata, itu juga menjadi akhir dari keinginannya untuk menulis.
Ketika ada seorang teman di tempat kerja sangat tertarik dengan kebiasaankuSeingatku, aku menulis opini di media cetak sejak 2000 dan baru berhasil dimuat 2002 di Koran Regional, dua tahun kemudian dengan jumlah lebih dari puluhan opiniku ditolak. 2003, opiniku muncul untuk pertama kali di Kompas Nasional, setelah puluhan kali ditolak. Rasa kecewa dan nyaris putus asa pasti ada, namun aku bersyukur, aku masih setia menulis terus. Menjadi penulis itu sesungguhnya sederhana, caranya adalah terus aja menulis tanpa harus mengeluh. Semangat.
*BAPER, adalah internalisasi dan aktualisasi pengalaman dengan mengkolaborasi dari inspirasi-inspirasi Prof. Rhenald Kasali dalam buku BAPER, BAWA PERUBAHAN (2016, Jakarta: Penerbit Noura).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H