#Perbedaan antara pengajar dan pendidik dapat dilihat dari cara dia menyampaikan suatu hal. Jika hanya memindahkan isi buku ke kepala anak didik, itu namanya pengajar. Pendidik bertugas menanamkan ruh-ruh kehidupan dan mengajak anak didik berani mengambil keputusan.
Pengalaman asyik menjadi murid selama sekolah adalah menikmati pembelajarannya. Bagiku, pembelajaran yang asyik dan menantang adalah pembelajaran yang dibawakan oleh bapak atau ibu guru dengan cara yang unik. Indikatornya sederhana bahwa pembelajaran itu menarik bagiku, yakni aku menanti-nantikan kapan ketemu pelajaran itu lagi.
Sewaktu aku belajar di SD Negeri 4 Mulyo Asri yang terletak di pelosok Lampung bagian utara, ada seorang guru yang selalu asyik mengajar dengan berbagai metode, Bapak Sunarto namanya. Materi apapun dibuat menjadi lebih mudah dan suasana pembelajaran selalu senang. Tak jarang di sela-sela pelajaran kami bernyanyi dengan diiringi petikan gitar Pak Narto. Apalagi ketika pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), kami sering belajar di luar kelas untuk belajar langsung dari alam sekitar sekolah.
Di SMP aku juga terkagum-kagum dengan seorang guru Biologi, Bapak Sudarsono namanya. Bapak guru dengan perawakan kekar seperti tentara itu memiliki segudang pengalaman hidup yang menarik. Seringkali di awal pelajaran Pak Darsono bercerita tentang pengalaman hidupnya yang membuat teman-teman sekelas selalu menikmati cerita itu, begitupula aku. Cerita-cerita beliau membangkitkan semangat dan inspirasi tersendiri bagiku di usia yang masih remaja. Belajar Biologi menjadi mudah berkat cerita-cerita di awal pelajaran. Ini benar-benar cara yang unik.
Bapak Bernardi, seorang guru Bahasa Inggris dengan kacamata khasnya. Belajar Bahasa Inggris terasa begitu mudah dengan beliau karena diajari trik-trik mudah mempelajarinya. Tapi bukan itu yang membuat aku terkagum-kagum pada beliau, tapi yang menarik adalah cara-cara Pak Bernardi mengapresiasi dan memotivasi kami untuk maju dan menyukai Bahasa Inggris. Yang sering beliau gunakan adalah traktiran empek-empek sekenyangnya jika kami bisa mencapai nilai nyaris sempurna. Tantangan terberat dari beliau adalah mendapat rata-rata kelas nilai EBTANAS (Ujian Nasional) Bahasa Inggris minimal 8,0. Ini sangat berat, berat sekali. Kami sekelas berjuang, belajar bersama, berlatih dengan tekun. Akhirnya, kelasku berhasil mendapat rata-rata kelas lebih dari 8. Kami sekelas diundang makan empek-empek di rumah beliau. Menyenangkan sekali.
#Orang-orang yang masih punya beban (yang kadang bebannya itu tak masuk akal) akan membuat mereka sulit bahagia.
Aku benar-benar merasakan kebahagiaan dalam belajar bersama Pak Narto, Pak Darsono, dan Pak Bernardi. Beliau-beliau tidak memberikan beban padaku dan teman-teman dengan materi yang sulit atau dipersulit. Juga tidak membebani kami dengan rasa takut, khawatir, cemas, atau menengangkan. Belajar bersama beliau-beliau benar-benar membahagiakan.
Cerita sederhana, saat aku tergabung dalam Tim Inti Sepak Bola sewaktu SMA. Ketika kami diberi lebel sebagai tim favorit dan harus juara, hal itu menjadi beban berat bagi seluruh anggota tim. Bermain bola serasa berat sekali. Kekalahan dan tidak menjadi juara justru selalu membayang di pikiran kami. Dan akhirnya kami benar-benar kalah dan tidak juara. Ironisnya lagi, kalah di fase-fase awal sehingga tidak mencapai final.
Rhenald Kasali dalam BAPER (Bawa perubahan) menegaskan:
#Selama ini paradigma kita menganggap; kerja keras dulu, kemudian sukses, barulah pada akhirnya kita bahagia. Padahal bagaimana kita akan sukses jika kita tidak bahagia? Jadi, pastikan "Diri Kita Bahagia" sebelum belajar atau bekerja.
Untungnya, aku mulai menyadari bahwa ke Yogykarta menjadi anak kos dan kuliah dengan jurusan bahasa adalah keputusanku sendiri, tanpa ada yang memaksa. Aku merasa tertantang oleh diriku sendiri. Aku merasa diajari mencintai segala keputusanku oleh diriku sendiri. Aku terdorong untuk segera bahagia, bahagia dengan hidupku. Akhirnya, apapun jurusannya (minumnya air putih) dan dimanapun kosnya, aku harus bahagia. Senyum.
*BAPER, adalah internalisasi dan aktualisasi pengalaman dengan mengkolaborasi dari inspirasi-inspirasi Prof. Rhenald Kasali dalam buku BAPER, BAWA PERUBAHAN (2016, Jakarta: Penerbit Noura).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI