Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Senja (68): Revolusi Ceria

13 April 2021   04:04 Diperbarui: 13 April 2021   04:23 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. pt.vecteezy.com

Revolusi batin adalah sebuah pergerakan raga untuk mengolah jiwa dengan mendobrak berbagai ketakutan yang mengekang diri dalam jeruji kekerdilan. Revolusi batin menghantarkan manusia pada perubahan peradaban dalam berpikir, berasa, bertindak, dan bertakwa.

Dalam hidup ini, aku menyukai berbagai kegiatan menyenangkan. Membaca buku dan menulis adalah yang paling kusukai. Bisa dibilang aku ini seorang kutu buku. Maka dari itu, sekarang mataku sudah kurang normal. Biasanya aku menambah aktivitas luar yaitu dengan bersepeda. Selain itu, ketika larut malam aku suka melihat bintang bersinar. Seakan-akan aku berbicara dengan bintang-bintang di atas langit.

Sambil menatapnya, aku juga membuat revolusi hidup sebagai permohonanku. Sambil memaknai hidup seperti ketika aku live-in di desa. Tempat tinggal live-inku dekat dengan sungai, dan semua aktivitas banyak dilakukan di sungai. Pada saat aku menuju ke sungai untuk mencuci baju, pasti ada saja kendala yang menghalangiku. Banyak sekali ilalang yang tumbuh di daerah tepi sungai sehingga jika menyentuh ilalang pasti rasanya geli. Tinggi dari ilalang itu tidak seperti tinggi ilalang pada umumnya. Tingginya seperti tinggi menara sehingga tiap kali aku mencuci baju, aku harus memotong ilalang terlebih dahulu. Pengalaman itu masih membekas di hatiku dan membuat aku makin mantap dalam menghadapi tantangan.

Revolusiku, ibaratkan pohon yang selalu ditemani oleh daun-daun yang menempel di rantingnya. Aku selalu berusaha untuk meraih cita-citaku. Akan tetapi semangat usaha itu, langsung pupus ketika aku membaca koran. Aku melihat noda tinta merah pada koran itu. Hal itu membuat pikiranku menjadi gelap. Aku langsung teringat akan masa kecilku pada saat terjatuh di jalan raya. Hingga kedua tanganku berlumuran darah dan aku sangat takut. Hal itu membuat trauma tersendiri dalam hidupku. Dari situ, hidupku terasa hampa seperti mengalami koma.

Namun aku sadar jika aku terus melanjutkan hidupku seperti ini, aku tidak akan menggapai impianku. Lingkaran ketakutanku ini harus segera dihilangkan. Bisa dibilang, lingkaran ini menyambung membentuk rantai yang tidak terputus. Lantas, ada seorang temanku yang membantu untuk menghilangkan ketakutanku. Dia mengatakan padaku bahwa cara terbaik untuk menghilangkannya dengan memasukkan semua ketakutanku dalam botol. Ketakutanku itu aku tulis di kertas. Lalu tulisanku itu kumasukkan dalam botol dan aku kubur di sekitar halaman rumah. Berjalannya waktu, ternyata dalam batinku, aku mulai merasakan hidup penuh warna. Di situlah aku menganggap ketakutanku sudah berada pada titik akhir.

Berkat proses itu, sekarang aku tidak takut lagi. Aku rasakan peradaban baru dalam hidupku. Hari-hari aku jalani dengan aktivitas rutin seperti biasanya dan ada semangat. Sebelum berangkat sekolah, aku minum segelas susu. Lalu aku menulis sebuah revolusi pada selembar kertas agar mengingatkanku untuk selalu bersyukur. Pada kertas itu, aku hias seperti biasa dengan gambar manusia memegang panah. Posisinya sedang membidik sebuah target yaitu revolusiku sendiri. Dengan harapan, revolusiku dapat terus kujalankan. Setelah selesai, aku mengembalikan posisi kursi pada tempatnya dan langsung berangkat ke sekolah dengan wajah ceria.

*WHy-luT

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini.

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun