Sesungguhnya maraknya angkringan di Kota Semarang patut disyukuri bahkan berharap tetap dibudidayakan. Fenomena ini merupakan hal positif bagi masyarakat sekaligus bagi kemajuan Kota Semarang.Â
Pertama, angkringan sebenarnya mengajarkan sekaligus membiasakan masyarakat untuk hidup sederhana. Kadangkala banyak orang lebih senang makan di restauran, kafe, atau tempat makan elite karena dirasa memiliki gengsi tinggi, sedangkan makan di angkringan dirasa kurang bergengsi. Padahal dengan makan di angkringan, masyarakat akan belajar hidup sederhana sehingga penghasilan kerja dapat digunakan untuk kebutuhan lain yang lebih mendesak dan penting. Makan di angkringan tetap bergizi dan bahagia.
Kedua, angkringan sesungguhnya juga membangun semangat kebersamaan, kekeluargaan, dan persaudaraan. Meskipun makanan dan minuman yang ada sederhana, orang-orang yang datang ke angkringan berasal dari berbagai golongan, seperti mahasiswa, pelajar, pegawai, tukang-tukang, pedagang, dan lainnya. Bahkan lebih unik lagi, di angkringan tidak membeda-bedakan suku, agama, dan ras pembelinya. Semua kalangan dapat datang untuk makan, minum, dan berbincang-bincang. Berbagai obrolan dapat terjadi di angkringan antar pembeli walaupun tidak mengenal satu sama lainnya sebelumnya. Angkringan benar-benar menjadi tempat yang nyaman untuk berinteraksi antar masyarakat dalam membangun semangat kekeluargaan dan persaudaraan.
Ketiga, berangkat dari obrolan yang terjalin di angkringan maka wawasan dan pandangan masyarakat dapat semakin terbuka luas tentang berbagai topik. Pembicaraan yang terjadi di angkringan mengangkat berbagai hal yang sepele sampai hal yang paling aktual dari berbagai bidang, seperti olahraga, rumah tangga, sosial, ekonomi, politik, budaya, teknologi, dan sebagainya. Bahkan berbagai informasi praktis dan fungsional pun dapat terjadi di angkringan, seperti: informasi jual-beli, lowongan pekerjaan, pelayanan jasa, dan sebagainya.Â
Keempat, adanya angkringan sebenarnya turut serta dalam pengendalian sosial, yakni: suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya angkringan di sekitar masyarakat justru menumbuhkan kepekaan sosial pada gejala-gejala sosial yang ada di masyarakat, misalnya: ketika ada orang asing maka dengan mudah diketahui asal dan tujuannya. Secara tidak langsung, angkringan memiliki peran dalam menciptakan lingkungan aman, terkendali, dan kondusif karena masyarakat berkumpul setiap hari sehingga tumbuh kepekaan sosial.
Kelima, angkringan juga mampu menumbuhkan ekonomi kreatif dan kerakyatan. Makanan dan minuman yang ada di angkringan seringkali tidak dibuat sendiri oleh pedagang karena membutuhkan waktu yang banyak dan energi yang lebih besar. Maka, solusi yang dilakukan oleh pedagang adalah membuka "titipan" berbagai jenis makanan dan minuman dari berbagai pihak masyarakat. Model ini benar-benar mengedepankan aspek kerakyatan, yakni usaha menyejahterakan yang bernuansa "dari rakyat, untuk rakyat". Bahkan angkringan benar-benar menjadi wadah pengembangan ekonomi yang bersifat mutualisme antara pedagang dan penyuplai makanan-minuman. Berawal dari relasi ekonomi tersebut, angkringan semakin memperkuat relasi sosial antar komponen masyarakat.
Dengan demikian, angkringan yang semakin menjamur di semarang dan kota-kota lainnya sangat berdampak positif dengan segala nilai edukatif yang ada di dalam dinamikanya. Nilai edukatif dari angkringan memiliki kecenderungan menekankan aspek humanisme, yakni relasi antar manusia yang menjunjung tinggi martabat dan kebudiluhuran. Angkringan benar-benar kuliner kerakyatan yang semakin membangun aspek kerakyatan yang semakin memperkokoh ketahanan dan stabilitas bangsa dan negara. Rakyat yang bersatu dan bersinergis adalah kunci bangsa yang maju dan bermartabat. Indonesia HEBAT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H