"Mereka orang-orang baik: jujur, rajin, dan suka memaafkan kesalahan orang," jawab si musafir. Orang tua tadi menjawab, "Orang-orang seperti itulah yang akan Anda jumpai di depan sana."
Kisah dua orang musafir bersama seorang tua di pinggir jalan itu sangat menarik sebagai media kita untuk berefleksi diri tentang lensa diri kita dalam hidup ini. Musafir pertama cenderung memandang sesuatu dari sisi sudut pandang negatif.Â
Pengalamannya di sebuah kota yang baru saja dilewati dilihat dari sudut pandang yang jelek-jelek sehingga dia memiliki kecenderungan untuk melihat hidupnya ke depan dengan negatif pula seperti yang diperingatkan oleh orang tua di pinggir jalan itu. Beda halnya dengan musafir kedua, dia berusaha melihat pengalamannya dari sudut pandang positif sehingga kecenderungan ke depannya adalah memandang segala sesuatu dengan positif pula.
Hidup sebagai pembelajaran layaknya sekeping uang yang memiliki dua sisi yang berbeda dan tergantung kita dalam memandangnya. Hidup adalah sebuah pilihan bebas bagi manusia untuk menjalani dan mengembangkannya. Menjadi musafir pertama atau kedua juga merupakan sebuah pilihan bebas dalam hidup ini. Bahkan pilihan dalam hidup dapat menjadi habitus yang akhirnya membentuk karakter sesorang.
Sebagai komunitas sosial dalam hidup ini, cara kita memandang sesama merupakan cermin dari diri kita sendiri sehingga jika saya seorang yang bisa dipercaya, saya memandang orang lain sebagai orang yang dapat dipercaya. Jika saya seorang yang suka mengkritik, saya juga memandang orang lain sebagai tukang kecam. Jika saya seorang yang memiliki kepedulian, saya melihat orang lain sebagai orang yang berbelas kasih.
Membangun habitus baik dan positif dalam hidup sejatinya adalah keutamaan setiap manusia karena dengan begitu keharmonisan dan keselarasan dalam hidup dapat tercipta dalam relasinya antara manusia, semesta, dan Sang Pencipta. Membangun lensa diri dengan sudut pandang positif adalah proses pendidikan yang hebat dalam kerangka melatih kepemimpinan diri lewat pembiasaan diri secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Akhirnya, proses pendidikan dengan segala bentuk latihan kepemimpinan membangun lensa diri adalah sebuah perjalanan panjang mencari kebijaksanaan hidup. Setiap orang di dunia ini harus belajar dengan tekun dan keras dalam memenangkan dirinya sendiri untuk mendewasakan dirinya dengan berbagai kebijaksanaan. Kemenangan diri merupakan kemenangan dunia karena jika setiap orang di dunia ini berusaha memenangkan dirinya dengan lensa diri yang bersudut pandang positif, maka dunia pun turut merayakan kemenangan dengan euforia positif yang mengagumkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H