Rhenald Kasali pernah menyatakan, "Jangan hanya pikirkan cara anak jadi juara kelas. Pikirkan dan bangun ketangguhan mereka untuk bisa bertahan dan juara di luar kelas." Cara pandang ini sudah seharusnya menjadi habitus atau kebiasaan di sekolah untuk membawa perubahan menuju sekolah yang membahagiakan. Wajah muram sekolah hendaknya segera berubah menjadi wajah gembira dan bahagia sekolah sehingga anak-anak akan bersemangat pergi ke sekolah untuk bahagia belajar.
Sekolah sudah seharusnya menjadi sumber kebahagiaan bagi anak-anak untuk menjalani kehidupan nyata, baik di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Kebahagiaan menjadi pondasi yang kuat untuk mau belajar sepanjang hayat. Pendidikan di Finlandia yang terbaik di dunia benar-benar berfokus pada sekolah yang membahagiakan para siswa. Guru di sana banyak menekankan pada siswa untuk lebih banyak memiliki waktu luang untuk bermain dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Bahkan para guru meminta para siswa untuk melakukan aktivitas yang disukai agar otak berkembang dengan baik.
Sekolah yang membahagiakan dapat menjadi terobosan hebat untuk mendobrak suramnya pendidikan Indonesia yang sudah berlangsung lama ini. Pendidikan itu menyenangkan dan membahagiakan, bukan menakutkan apalagi menyengsarakan.Â
Kunci utama dari perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia adalah reformasi mental pengambil kebijakan, internalisasi filosofi pendidikan, penyederhanaan jumlah mata pelajaran, kedalaman intelektual yang mengarah pada kebermaknaan hidup, dan evaluasi-refleksi dalam setiap proses edukasi. Pendidikan Indonesia sudah begitu lama terpenjara dalam lingkaran wacana edukasi yang justru menyengsarakan saja, sudah waktunya pendidikan merdeka. Mari berbahagia!
           Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H