Jenderal Prancis, Napoleon Bonaparte berkata, "Pemimpin (leaders) adalah penyalur (dealers) harapan." Dalam keadaan apapun seorang pemimpin sudah seharusnya selalu memberi harapan kepada orang di bawahnya dan di sekitarnya. Bukanlah seorang pemimpin yang baik tatkala justru memunculkan ketakutan, kekhawatiran, rasa pesimis, dan kegagalan.Â
Pemimpin harus menjadi orang yang selalu menjaga "api harapan" dalam keadaan sesusah apapun karena pemimpin memegang peran penting sebagai inspirator, motivator, kreator, dan sekaligus aktor utama untuk keberhasilan orang-orang di sekitarnya.
Pemimpin selalu menghilangkan rasa pesimis, prediksi kehancuran, kegagalan, dan kekacauan dalam relasi dengan sekitarnya. Hal-hal negatif yang mungkin ada dan mungkin terjadi hendaknya menjadi konsumsi akal dan hatinya sendiri, lalu menumbuhkan semangat positif untuk dirinya dan orang di sekitarnya. Pemimpi akan menceritakan apa yang ada dalam mimpinya kepada orang lain seolah-olah itu nyata, namun pemimpin akan menyimpan mimpinya dalam sanubarinya yang terdalam dan menatap realita dengan akal dan hati yang sehat.
Dunia pendidikan bukanlah dunia mimpi sehingga dunia pendidikan sangat baik untuk menjadi tempat yang penuh berkah bagi semua orang dalam mengembangkan hidupnya menjadi lebih baik dan bermakna. Sekolah adalah tempat untuk mengukir pengalaman-pengalaman pribadi dalam kerangka  relasi sosial sebagai sebuah komunitas pembelajar.Â
Proses pembelajaran dan segala kegiatan di sekolah merupakan media untuk mengembangkan kepemimpinan humanis, bukan sekadar formalitas karena tuntutan kurikulum belaka. Dosa terbesar pendidikan adalah mengkerdilkan arti pendidikan hanya pada pengalaman transfer ilmu pengetahuan belaka.
Pendidikan adalah proses belajar tentang hidup dan sekaligus menghidupi proses belajar untuk menghidupi hidup ini. Dengan demikian, apa yang terjadi di kelas dan lingkungan sekolah tidak boleh terlepas dari kehidupan nyata. Terlalu naf tatkala sekolah hanya sibuk memahami dan mengulas buku teks namun mengabaikan pembelajaran kontekstual dari kehidupan nyata.
Jika berangkat dari diri kita masing-masing, kita sudah pasti menjadi pemimpin bagi diri kita masing-masing. Mengenal dengan jelas dan mendalam tentang siapa diri kita dan yakin pada diri sendiri adalah buah dari kepemimpinan diri. Sekolah harus memberi kesempatan seluas-luasnya bagi anak didik untuk mengeksplorasi dirinya dan akhirnya semakin yakin bahwa dirinya adalah pribadi yang berharga dan penuh rahmat. Kepemimpinan diri ini mesti ditumbuhkan sejak dini dalam rentetan pendidikan formal di negara kita.
Sekolah harus mendorong dan membantu setiap saat anak didik untuk menemukan jati dirinya tentang "siapakah aku?". Pengenalan dan keyakinan diri ini adalah pondasi yang kuat pada anak didik untuk membentuk karakter baik dalam dirinya. Pengenalan diri ini akan membawa anak pada koreksi dan refleksi diri akan kelebihan, kekurangan, dan potensi dirinya. Yang akhirnya proses pengenalan diri akan mengendap dalam sebuah kristalisasi diri tentang rasa syukur atas hidup mereka.Â
Kepemimpinan diri terhebat adalah mampu memiliki rasa syukur atas dirinya tanpa harus mengeluh akan kekurangannya atau menyombongkan diri akan kelebihannya, tetapi menjadi pribadi yang mampu menerima keadaan dengan optimis dan dapat mengembangkan potensinya lewat kemauan belajar sepanjang hayat. Inilah kepemimpinan diri yang penuh harapan.
Di samping itu, kepercayaan guru pada potensi anak didik juga memegang peran penting dalam mengembangkan harapan anak-anak akan masa depan yang lebih baik dan cerah. Ketika guru memiliki kepercayaan penuh pada muridnya, maka segala kelemahan dan kelebihan yang ada akan dijadikan sebagai potensi.Â
Dari pihak guru, mesti ada harapan yang dikembangkan bahwa anak didiknya pasti dapat berkembang dan belajar dengan baik. Dari pihak anak didik, mereka akan merasa didukung dan dibantu dalam proses pengembangan diri. Harapan guru dan murid ini akan membawa suasana yang positif dan menggairahkan semangat belajar untuk keduanya.